Galih Jawara Festival Dalang Cilik
Halaman 1 dari 1
Galih Jawara Festival Dalang Cilik
BANJARNEGARA - Galih Wahyu Aji (11) siswa kelas VI SD Muhammadiyah Saudagaran, Wonosobo terpilih sebagai juara pertama Festival Dalang Cilik yang diselenggarakan oleh Rumah Budaya Nagasasra, Merden, Purwonegoro. Ketiga juri Ki Otong Tjundaroso Ketua Dewan Kesenian, Ki Sugging Sugarto dari Purwokerto, dan Ki Sunyana dari Banjarnegara sepakat memilih Galih sebagai yang terbaik di antara delapan dalang cilik dari eks Karesidenan Kedu dan Banyumas yang menjadi peserta Festival Dalang Cilik.
Juara ke-2 diraih dalang cilik Wily Setiabudi dan juara ke-3 oleh Rizky Widia Faturrohman. Keduanya berasal dari Purbalingga.
Wakil Bupati Drs Hadi Supeno MSi, yang menutup kegiatan dan sekaligus menyerahkan hadiah kepada pemenang utama, Rabu (4/12) menyatakan, rasa bangga dan harusnya bahwa di era modern masih ada anak-anak yang menekuni seni pedalangan. Tidak hanya itu, sambungnya, meski masih tergolong anak-anak ternyata mereka mampu memainkan wayang kulit dengan cukup mahir tak kalah penampilanya dengan dalang dewasa.
“Di era sekarang ini, kesenian tradisional keberadaannya memperoleh saingan luar biasa berat dari televisi dan perangkat modern lainnya seperti permainan games computer maupun online. Di mana semua perangkat tersebut, sangat menarik minat kebanyakan anak-anak sekarang ini,” katanya.
Televisi, kata Hadi, diakui merupakan pesaing luar biasa bagi pengembangan seni pedalangan. Karena itu Hadi setuju jika ingin menghasilkan generasi penerus dalang hebat maka televise harus diatur tontonannya, bahkan bila perlu disingkirkan sementara dahulu. Hal ini karena budaya televise telah merusak
“Kalau kepengin punya dalang hebat maka kita harus totalitas. Bahkan ibarat kata biasakan anak tidur bantalan wayang, selimut wayang, kelon juga dengan wayang. Sebab butuh ‘orang gila’ untuk lahirkan dalang luar biasa” katanya.
Galih, yang senantiasa didampingi Ibunya Larasati mengaku senang dirinya memperolah gelar sebagai juara pertama Festival Dalang Cilik. Dirinya berharap, ke depan Festival Dalang Cilik ini kembali digelar. Karena selama ini, lanjutnya, ajang untuk ekspresi dan berlatih tampil bagi anak-anak pecinta seni pedalangan termasuk sangat jarang.
“Saya ingin tahun depan Festival dalang cilik ini diadakan kembali. Sebab acara seperti ini sangat bermanfaat, untuk latihan, nambah pengalaman, dan sebagai ajang ekspresi” katanya.
Sementara itu, seorang Juri, Sungging Hartono, pada kesempatan tersebut mengingatkan pihak panitia bila ke depan berniat menyelenggarakan Festival Dalang Cilik pakeliran padat maka dirinya memberi saran agar waktu tampil untuk ditambah.
“Durasi 20 menit sangat kurang untuk sebuah penampilan dalang membawakan cerita pendek. Atau istilahnya pakeliran padat. Minimal 30 menit saya kira cukup. Sebab dengan durasi 20 menit, sambungnya, gara-gara tidak kepegang dan dalang tidak bisa improvisasi.” katanya.(*)
sumber: SATELITPOST
Juara ke-2 diraih dalang cilik Wily Setiabudi dan juara ke-3 oleh Rizky Widia Faturrohman. Keduanya berasal dari Purbalingga.
Wakil Bupati Drs Hadi Supeno MSi, yang menutup kegiatan dan sekaligus menyerahkan hadiah kepada pemenang utama, Rabu (4/12) menyatakan, rasa bangga dan harusnya bahwa di era modern masih ada anak-anak yang menekuni seni pedalangan. Tidak hanya itu, sambungnya, meski masih tergolong anak-anak ternyata mereka mampu memainkan wayang kulit dengan cukup mahir tak kalah penampilanya dengan dalang dewasa.
“Di era sekarang ini, kesenian tradisional keberadaannya memperoleh saingan luar biasa berat dari televisi dan perangkat modern lainnya seperti permainan games computer maupun online. Di mana semua perangkat tersebut, sangat menarik minat kebanyakan anak-anak sekarang ini,” katanya.
Televisi, kata Hadi, diakui merupakan pesaing luar biasa bagi pengembangan seni pedalangan. Karena itu Hadi setuju jika ingin menghasilkan generasi penerus dalang hebat maka televise harus diatur tontonannya, bahkan bila perlu disingkirkan sementara dahulu. Hal ini karena budaya televise telah merusak
“Kalau kepengin punya dalang hebat maka kita harus totalitas. Bahkan ibarat kata biasakan anak tidur bantalan wayang, selimut wayang, kelon juga dengan wayang. Sebab butuh ‘orang gila’ untuk lahirkan dalang luar biasa” katanya.
Galih, yang senantiasa didampingi Ibunya Larasati mengaku senang dirinya memperolah gelar sebagai juara pertama Festival Dalang Cilik. Dirinya berharap, ke depan Festival Dalang Cilik ini kembali digelar. Karena selama ini, lanjutnya, ajang untuk ekspresi dan berlatih tampil bagi anak-anak pecinta seni pedalangan termasuk sangat jarang.
“Saya ingin tahun depan Festival dalang cilik ini diadakan kembali. Sebab acara seperti ini sangat bermanfaat, untuk latihan, nambah pengalaman, dan sebagai ajang ekspresi” katanya.
Sementara itu, seorang Juri, Sungging Hartono, pada kesempatan tersebut mengingatkan pihak panitia bila ke depan berniat menyelenggarakan Festival Dalang Cilik pakeliran padat maka dirinya memberi saran agar waktu tampil untuk ditambah.
“Durasi 20 menit sangat kurang untuk sebuah penampilan dalang membawakan cerita pendek. Atau istilahnya pakeliran padat. Minimal 30 menit saya kira cukup. Sebab dengan durasi 20 menit, sambungnya, gara-gara tidak kepegang dan dalang tidak bisa improvisasi.” katanya.(*)
sumber: SATELITPOST
Similar topics
» Jawara Nasional, Argo Wakili Indonesia ke New Zealand
» Kisah Pertemuan Kontestan Idola Cilik dengan Adiknya
» INFO WAYANG DALANG KI ENTHUS SUSMONO
» Wabup Sukento : Dalang Harus Kreatif dan Inovatif
» Festival Film Purbalingga Resmi Dibuka
» Kisah Pertemuan Kontestan Idola Cilik dengan Adiknya
» INFO WAYANG DALANG KI ENTHUS SUSMONO
» Wabup Sukento : Dalang Harus Kreatif dan Inovatif
» Festival Film Purbalingga Resmi Dibuka
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|