Di Mana pun Eling Ngapak
Halaman 1 dari 1
Di Mana pun Eling Ngapak
KECINTAAN kepada bahasa ngapak, bagi Agung Wicaksono Pujo Prasetyo (30) sudah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskannya. Pria yang dikenal sebagai pelawak sekaligus rapper itu mengabadikannya dalam lagu ciptaan dan lawakanya.
”Sebenarnya, saya hanya ingin mengingatkan kepada semua orang Banyumas di mana pun untuk eling dengan bahasa ngapak,” jelas pria yang pernah merantau di Ambon selama tiga tahun enam bulan itu.
Kesibukan pria kelahiran Ungaran 13 Maret 1982 itu seolah tak pernah sepi. Sebab, pemuda yang dikenal dengan nama Totman Sableng itu memiliki dua grup seni yang memiliki penggemar di berbagai wilayah eks Karesidenan Banyumas.
”Dua grup yang saya buat memiliki singkatan yang sama, yakni TTM. Tetapi untuk lawakan kepanjangannya Tepuk Tangannya Mengdi. Adapun untuk grup musiknya, kepanjangan dari Tepuk Tangannya Mana,” jelas pria pemilik lagu yang pernah digandrungi komunitas pekerja Indonesia di Jerman dan Malaysia itu.
Bahkan, hits pertama band TTM yang berjudul ”Hormon Insulin..Oh Digilmu” pernah ditawar dijadikan Ring Back Tone (RBT) oleh salah satu perusahaan di Jakarta.
”Tetapi saya tidak sepakat dengan syaratnya, karena harus mengganti bahasa Banyumas dengan bahasa Indonesia,” jelas pria yang kerap mengeluarkan guyon khas banyumasan.
Ngapak Megalitikum
Dengan mengusung aliran ngapak megalitikum, Agung, selalu tampil atraktif dengan lawakan yang segar di atas panggung. Konsep band yang diusungnya pun mencoba mengolaborasikan antara teater, lawakan dan musik tradisional dengan gaya rap.
”Sampai-sampai, ada seorang ibu yang sedang hamil dari Ajibarang, ngidam ingin lihat penampilan saya dan meminta video pertunjukannya,” jelasnya, sambil tersenyum mengingat kenangan tersebut.
Diakuinya, saat ini, dia sedang mengumpulkan materi lagu untuk albumnya yang akan dikeluarkan tahun ini. ”Itu juga kalau punya duit,” jelas pria yang memiliki moto ''ngguyu ya modar, ora ngguyu ya modar...ngguyu bae tekan modar'' (ketawa ya mati, tidak ketawa ya mati...ketawa saja sampai mati-red).
Meski begitu, pria yang senang dengan musik rock itu memiliki harapan besar untuk perkembangan kesenian di Banyumas.
”Saya berharap, ke depan ada wadah berkesenian bagi pemusik dan lawak banyumasan agar bisa berkembang,” ujar pria, yang pernah masuk 30 besar audisi Srimulat Junior yang digelar di Solo, tahun lalu. (Chandra Iswinarno-64).
sumber: suara merdeka
”Sebenarnya, saya hanya ingin mengingatkan kepada semua orang Banyumas di mana pun untuk eling dengan bahasa ngapak,” jelas pria yang pernah merantau di Ambon selama tiga tahun enam bulan itu.
Kesibukan pria kelahiran Ungaran 13 Maret 1982 itu seolah tak pernah sepi. Sebab, pemuda yang dikenal dengan nama Totman Sableng itu memiliki dua grup seni yang memiliki penggemar di berbagai wilayah eks Karesidenan Banyumas.
”Dua grup yang saya buat memiliki singkatan yang sama, yakni TTM. Tetapi untuk lawakan kepanjangannya Tepuk Tangannya Mengdi. Adapun untuk grup musiknya, kepanjangan dari Tepuk Tangannya Mana,” jelas pria pemilik lagu yang pernah digandrungi komunitas pekerja Indonesia di Jerman dan Malaysia itu.
Bahkan, hits pertama band TTM yang berjudul ”Hormon Insulin..Oh Digilmu” pernah ditawar dijadikan Ring Back Tone (RBT) oleh salah satu perusahaan di Jakarta.
”Tetapi saya tidak sepakat dengan syaratnya, karena harus mengganti bahasa Banyumas dengan bahasa Indonesia,” jelas pria yang kerap mengeluarkan guyon khas banyumasan.
Ngapak Megalitikum
Dengan mengusung aliran ngapak megalitikum, Agung, selalu tampil atraktif dengan lawakan yang segar di atas panggung. Konsep band yang diusungnya pun mencoba mengolaborasikan antara teater, lawakan dan musik tradisional dengan gaya rap.
”Sampai-sampai, ada seorang ibu yang sedang hamil dari Ajibarang, ngidam ingin lihat penampilan saya dan meminta video pertunjukannya,” jelasnya, sambil tersenyum mengingat kenangan tersebut.
Diakuinya, saat ini, dia sedang mengumpulkan materi lagu untuk albumnya yang akan dikeluarkan tahun ini. ”Itu juga kalau punya duit,” jelas pria yang memiliki moto ''ngguyu ya modar, ora ngguyu ya modar...ngguyu bae tekan modar'' (ketawa ya mati, tidak ketawa ya mati...ketawa saja sampai mati-red).
Meski begitu, pria yang senang dengan musik rock itu memiliki harapan besar untuk perkembangan kesenian di Banyumas.
”Saya berharap, ke depan ada wadah berkesenian bagi pemusik dan lawak banyumasan agar bisa berkembang,” ujar pria, yang pernah masuk 30 besar audisi Srimulat Junior yang digelar di Solo, tahun lalu. (Chandra Iswinarno-64).
sumber: suara merdeka
Similar topics
» Pulang Kampung, Vicky Shu Ngapak-ngapak
» "DERBY NGAPAK"
» Tak Tahu Harus Mengungsi ke Mana
» Mana Duluan, Ayam atau Telur? Ini Jawabnya!
» "DERBY NGAPAK"
» Tak Tahu Harus Mengungsi ke Mana
» Mana Duluan, Ayam atau Telur? Ini Jawabnya!
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|