"Gizi buruk tidak selalu keluarga miskin"

PURBALINGGA - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Purbalingga ,Setiyadi mengatakan, kasus gizi buruk tidak selalu terjadi pada keluarga miskin yang kekurangan pangan.

"Saya sering menemukan, balita gizi buruk ibunya `lemu ginak-ginuk` (gemuk, red.) yang leher, tangan, dan jarinya dipenuhi perhiasan emas," katanya di Purbalingga, Kamis.

Setiyadi mengatakan hal itu saat memberikan sambutan dalam Penerimaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bina Cipta Husada Purwokerto di Ruang Ardi Lawet Sekretariat Daerah Purbalingga.

Menurut dia, balita yang mengalami gizi buruk lebih banyak disebabkan ketidaktahuan orang tua tentang asupan makanan bergizi, bukan karena ketidakmampuan finansial. Dalam hal ini, kata dia, para orang tua hanya memberikan makanan kepada anak saat anaknya minta dan diberikan asal kenyang tanpa mempedulikan apakah makanan itu mengandung nilai gizi yang seimbang atau tidak bergizi.

Oleh karena itu, dia mengharapkan, para mahasiswa dapat memberikan kesadaran kepada para orang tua tentang berbagai makanan bergizi yang dibutuhkan balitanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, kondisi kesehatan masyarakat Purbalingga secara umum mengalami kemajuan menggembirakan. Hal ini terlihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2011 sebanyak 10,9 per 1.000 kelahiran dari target nasional 24 per 1.000 kelahiran.

Selain itu, kata dia, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 99,8 per 100.000 kelahiran dari target nasional 118 per 100.000 kelahiran. Meningkatnya angka harapan hidup ini menjadi indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.

#ANTARANEWS