Petani Mulai Gunakan Pompa
Halaman 1 dari 1
Petani Mulai Gunakan Pompa
PURWOKERTO (KR) - Sulit mendapatkan air irigasi untuk mengairi sawah, petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Banyumas mulai menggunakan pompa. Mereka menggunakannya untuk menyedot air dari Sungai Serayu dan anakan sungai lain yang mengalir di sebelah sawahnya.
Namun demikian, petani di Desa Sokawera Kecamatan Patikraja, Hadi (50) mengatakan, saat ini untuk mendapatkan air irigasi, ia bersama pemilik lahan yang lain harus ‘berburu’ ke hulu saluran. “Setiap malam kami harus mencari air di hulu saluran, lantas jika berhasil maka pagi hingga siang hari sawah kami akan terairi,” ujarnya kepada KR, Selasa (13/5) di sawahnya.
Saat ini ia mengaku belum menggunakan pompa lantaran saat ini masih mampu mencari air saluran irigasi. Selain itu, Hadi tidak memiliki pompa air, sehingga harus menyewa ke pemilik perorangan atau desa setempat. “Saat ini masih bisa mencari air, namun sekitar setengah bulan hingga datang musim hujan selanjutnya, dipastikan akan menyewa pompa seharga Rp 10 - 12 ribu setiap jam,” katanya.
Petani lain, Daryudi (60) mengatakan ia mulai menggunakan pompa sehari terakhir lantaran sudah tidak ada hujan. Lanjutnya, selain lantaran tidak turun hujan, jatah air irigasi jarang sampai ke sawahnya karena habis diperebutkan petani yang memiliki lahan di hulu saluran. Dijelaskan, untuk mengairi setengah hektar sawahnya, ia menjalankan pompa selama 24 jam nonstop. Untuk mengoperasikan pompa air miliknya, ia menghabiskan 15 liter solar senilai Rp 64.500. Ia menggunakan pompa untuk menyedot air seminggu sekali.
“Sebelumnya masih bisa gunakan air irigasi, namun mulai hari ini sudah sulit,” paparnya seraya menambahkan, sebelum air irigasi yang bisa didapatnya hanya dialokasikan untuk saat tanam padi saja, setelah itu ia berencana menggunakan pompa secara penuh. Sementara itu, petani Desa dan Kecamatan Patikraja, Aris (22) mengutarakan, penggunaan pompa air yang dilakukannya dan puluhan petani yang mengolah sawah di sekitar lahan garapannya sudah berjalan tiga tahun.
Tuturnya, selain Kecamatan Patikraja, sejumlah petani di Kecamatan Kalibagor juga telah menggunakan pompa untuk mengairi sawahnya. “Sawah kami memang masuk saluran irigasi teknis, namun dipastikan setiap musim kemarau, kesulitan air. Oleh karena itu, kami dipastikan menggunakan pompa, baik menyewa atau punya sendiri, meski hal itu akan menambah ongkos produksi,” ungkapnya sembari mengimbuhkan, saat menjalani musim tanam pada musim kemarau ia tidak memperoleh keuntungan lantaran tingginya biaya operasional akibat menggunakan pompa air. (*-1)-s
Namun demikian, petani di Desa Sokawera Kecamatan Patikraja, Hadi (50) mengatakan, saat ini untuk mendapatkan air irigasi, ia bersama pemilik lahan yang lain harus ‘berburu’ ke hulu saluran. “Setiap malam kami harus mencari air di hulu saluran, lantas jika berhasil maka pagi hingga siang hari sawah kami akan terairi,” ujarnya kepada KR, Selasa (13/5) di sawahnya.
Saat ini ia mengaku belum menggunakan pompa lantaran saat ini masih mampu mencari air saluran irigasi. Selain itu, Hadi tidak memiliki pompa air, sehingga harus menyewa ke pemilik perorangan atau desa setempat. “Saat ini masih bisa mencari air, namun sekitar setengah bulan hingga datang musim hujan selanjutnya, dipastikan akan menyewa pompa seharga Rp 10 - 12 ribu setiap jam,” katanya.
Petani lain, Daryudi (60) mengatakan ia mulai menggunakan pompa sehari terakhir lantaran sudah tidak ada hujan. Lanjutnya, selain lantaran tidak turun hujan, jatah air irigasi jarang sampai ke sawahnya karena habis diperebutkan petani yang memiliki lahan di hulu saluran. Dijelaskan, untuk mengairi setengah hektar sawahnya, ia menjalankan pompa selama 24 jam nonstop. Untuk mengoperasikan pompa air miliknya, ia menghabiskan 15 liter solar senilai Rp 64.500. Ia menggunakan pompa untuk menyedot air seminggu sekali.
“Sebelumnya masih bisa gunakan air irigasi, namun mulai hari ini sudah sulit,” paparnya seraya menambahkan, sebelum air irigasi yang bisa didapatnya hanya dialokasikan untuk saat tanam padi saja, setelah itu ia berencana menggunakan pompa secara penuh. Sementara itu, petani Desa dan Kecamatan Patikraja, Aris (22) mengutarakan, penggunaan pompa air yang dilakukannya dan puluhan petani yang mengolah sawah di sekitar lahan garapannya sudah berjalan tiga tahun.
Tuturnya, selain Kecamatan Patikraja, sejumlah petani di Kecamatan Kalibagor juga telah menggunakan pompa untuk mengairi sawahnya. “Sawah kami memang masuk saluran irigasi teknis, namun dipastikan setiap musim kemarau, kesulitan air. Oleh karena itu, kami dipastikan menggunakan pompa, baik menyewa atau punya sendiri, meski hal itu akan menambah ongkos produksi,” ungkapnya sembari mengimbuhkan, saat menjalani musim tanam pada musim kemarau ia tidak memperoleh keuntungan lantaran tingginya biaya operasional akibat menggunakan pompa air. (*-1)-s
Similar topics
» Kemarau, Petani Antre BBM untuk Operasikan Pompa Air
» Warga Enggan Gunakan Listrik Prabayar
» Jangan Malu Gunakan Produk Lokal
» Lacak Siswa Tukang Bolos, Sekolah Gunakan GPS
» Hanya 30 Persen Cuci Tangan Gunakan Sabun Setelah BAB
» Warga Enggan Gunakan Listrik Prabayar
» Jangan Malu Gunakan Produk Lokal
» Lacak Siswa Tukang Bolos, Sekolah Gunakan GPS
» Hanya 30 Persen Cuci Tangan Gunakan Sabun Setelah BAB
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|