Farmasi di Indonesia Butuh Pembenahan
Halaman 1 dari 1
Farmasi di Indonesia Butuh Pembenahan
PURWOKERTO (KRJogja.com) - Perkembangan dunia farmasi di Indonesia terhitung berjalan lambat, dibandingkan dengan pelayanan kesehatan lainnya, seperti kedokteran, herbal, atau kebidanan. Perkembangan farmasi di Indonesia masih perlu pembenahan total agar tidak ketinggalan.
Membandingkan dengan pelayanan kesehatan lainnya di negara maju, seperti pelayanan medik, perawatan dan gizi, farmasi klinik berkembang pesat. Masyarakatnya negara maju saling mendapat jaminan perlindungan negara berupa layanan kefarmasian yang dijalankan oleh para Apoteker dengan biaya ditanggung asuransi kesehatan.
" Masyarakat farmasi, terutama para mahasiswa farmasi dan apoteker harus mampu nantinya menjadi agen perubahan ke arah kemajuan farmasi. Caranya, mereka harus tahu peran farmasi di apotek demi peningkatan kefarmasian di Indonesia" papar pakar farmasi Indonesia, Drs Mohammad Dani Pratomo MM, selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, kepada KRJogja.com, ketika berkunjung ke Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Senin (2/.
Menurutnya ada rumusan untuk meningkatkan bidang kefarmasian, yakni dengan menggunakan metode Good Pharmacy Practice (GPP). GPP yakni pedoman untuk menjalankan kefarmasian yang baik dengan tujuan agar pelayanan kefarmasian yang diberikan itu bermutu. Selain itu GPP merupakan komponen penting untuk mencapai standar pelayanan kefarmasian, sehingga melalui GPP sikap dan perilaku apoteker diatur agar mampu untuk meningkatkan derajat kesehatan di komunitasnya.
"Apoteker, ahli farmasi itu bukan dokter, meskipun bisa tahu hal-hal yang dilakukan dokter" katanya
Pakar farmasi lainnya yang ikut berkunjung ke Fakultas Farmasi UMP, Dra.Engko Sosialine Magdalene Apt, selaku Direktur Bina Farmasi Komunitas yang juga Ditjen Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementrian Kesehatan mengatakan, perlu adanya strategi dan langkah dalam peningkatan layanan kefarmasian diantaranya strategi peningkatan penerapan penggunaan obat rasional serta revitalisasi pelaksanaan pelayanan farmasi klinik.
" Sebagai apoteker yang profesional, filosofi utamanya adalah kompetensi yang memadai, menjalin hubungan profesional dengan tenaga kesehatan lain, menjalin hubungan profesional diantara apoteker. Disisi lain apoteker tidak boleh memihak dan apoteker harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap praktek profesionalnya" katanya. (Ero)
Membandingkan dengan pelayanan kesehatan lainnya di negara maju, seperti pelayanan medik, perawatan dan gizi, farmasi klinik berkembang pesat. Masyarakatnya negara maju saling mendapat jaminan perlindungan negara berupa layanan kefarmasian yang dijalankan oleh para Apoteker dengan biaya ditanggung asuransi kesehatan.
" Masyarakat farmasi, terutama para mahasiswa farmasi dan apoteker harus mampu nantinya menjadi agen perubahan ke arah kemajuan farmasi. Caranya, mereka harus tahu peran farmasi di apotek demi peningkatan kefarmasian di Indonesia" papar pakar farmasi Indonesia, Drs Mohammad Dani Pratomo MM, selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, kepada KRJogja.com, ketika berkunjung ke Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Senin (2/.
Menurutnya ada rumusan untuk meningkatkan bidang kefarmasian, yakni dengan menggunakan metode Good Pharmacy Practice (GPP). GPP yakni pedoman untuk menjalankan kefarmasian yang baik dengan tujuan agar pelayanan kefarmasian yang diberikan itu bermutu. Selain itu GPP merupakan komponen penting untuk mencapai standar pelayanan kefarmasian, sehingga melalui GPP sikap dan perilaku apoteker diatur agar mampu untuk meningkatkan derajat kesehatan di komunitasnya.
"Apoteker, ahli farmasi itu bukan dokter, meskipun bisa tahu hal-hal yang dilakukan dokter" katanya
Pakar farmasi lainnya yang ikut berkunjung ke Fakultas Farmasi UMP, Dra.Engko Sosialine Magdalene Apt, selaku Direktur Bina Farmasi Komunitas yang juga Ditjen Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementrian Kesehatan mengatakan, perlu adanya strategi dan langkah dalam peningkatan layanan kefarmasian diantaranya strategi peningkatan penerapan penggunaan obat rasional serta revitalisasi pelaksanaan pelayanan farmasi klinik.
" Sebagai apoteker yang profesional, filosofi utamanya adalah kompetensi yang memadai, menjalin hubungan profesional dengan tenaga kesehatan lain, menjalin hubungan profesional diantara apoteker. Disisi lain apoteker tidak boleh memihak dan apoteker harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap praktek profesionalnya" katanya. (Ero)
Similar topics
» Perlu Pembenahan Manajerial KIKJ
» Indonesia Power Diancam Bom
» 5 Pasar Tradisional Ternama di Indonesia
» Jateng Butuh 3.000 Apoteker
» PD BPR BKK Purbalingga Masuk Lima BPR Terbaik di Indonesia
» Indonesia Power Diancam Bom
» 5 Pasar Tradisional Ternama di Indonesia
» Jateng Butuh 3.000 Apoteker
» PD BPR BKK Purbalingga Masuk Lima BPR Terbaik di Indonesia
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik