Kemarau, Hasil Gula Kelapa Turun 50 Persen
Halaman 1 dari 1
Kemarau, Hasil Gula Kelapa Turun 50 Persen
BANYUMAS (KRjogja.com) – Musim kemarau yang belum juga berakhir membuat penghasilan para penderes nira kelapa di Kabupaten Banyumas turun hingga 50 persen. Salah satu faktornya adalah bunga manggar yang sedikit mengeluarkan nira.
“Pucuk manggar lama mengeluarkan nira karena pohonnya kekeringan, maka, nira yang kami dapat jadi lebih sedikit dari biasanya,” kata Muarjo (54), salahsatu penderes warga RT 02/RW 02 Desa Banjaranyar, Kecamatan Pekuncen, kepada KRjogja.com, Senin (3/10).
Sebagai perhitungan, ia biasanya mampu memproduksi gula kelapa 10 kg per hari, tapi kini hanya dapat memperoduksi gula kelapa 5 kg per hari. Sedangkan harga jual ke pengepul hanya Rp 6.500 perkilonya. Dengan demikian pemasukan yang semestinya tiap hari Rp 65 ribu turun jadi Rp 32.500.
Ia menambahkan, kalau musim kemarau berlangsung selama tiga bulan saja, tidak terlalu bermasalah. Namun tahun ini, sudah tiga bulan lebih belum juga ada tanda-tanda turun hujan, sehingga manggarnya makin sulit mengeluarkan nira. Apalagi harga kebutuhan pokok merangkak naik, membuat masyarakat kecil hidupnya semakin susah.
Di Desa Banjaranyar terdapat puluhan penderes yang hanya mengandalkan pemasukan dari membuat gula kelapa. Menurutnya, pada saat musim kemarau seperti sekarang ini banyak yang libur menderes, karena hasilnya yang sangat sedikit. Namun baginya, tak ada pilihan lain selain menderes untukmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka tetap ia jalani.
“Kalau berhenti menderes saya tidak punya keahlian lain. Mau tak mau tetap menderes,” ujarnya.
Tak heran karena banyak yang sering libur menderes maupun akibat pohon kelapa yang sedikit mengeluarkan nira sebagai bahan baku utama gula kelapa, para pengepul menerima pasokan gula kelapa dari mereka turun mencapai 70 persen. Gurun,(53) salahsatu pengepul gula kelapa wilayah Pekuncen dan sekitarnya asal Desa Cikawung, Kecamatan Ajibarang menuturkan tiap lima hari biasanya menerima pasokan gula kelapa 10 ton untuk didrop ke Pasar Induk Ajibarang, sekarang hanya tiga ton saja.
“Semua penderes memang sedang kesusahan mendapatkan nira. Maka saya agak kesulitan membagi-bagi stok ke pelanggan. Mudah-mudahan bulan Oktober nanti sudah turun hujan kembali dan hasilnya normal lagi,” harapnya. (Ero)
“Pucuk manggar lama mengeluarkan nira karena pohonnya kekeringan, maka, nira yang kami dapat jadi lebih sedikit dari biasanya,” kata Muarjo (54), salahsatu penderes warga RT 02/RW 02 Desa Banjaranyar, Kecamatan Pekuncen, kepada KRjogja.com, Senin (3/10).
Sebagai perhitungan, ia biasanya mampu memproduksi gula kelapa 10 kg per hari, tapi kini hanya dapat memperoduksi gula kelapa 5 kg per hari. Sedangkan harga jual ke pengepul hanya Rp 6.500 perkilonya. Dengan demikian pemasukan yang semestinya tiap hari Rp 65 ribu turun jadi Rp 32.500.
Ia menambahkan, kalau musim kemarau berlangsung selama tiga bulan saja, tidak terlalu bermasalah. Namun tahun ini, sudah tiga bulan lebih belum juga ada tanda-tanda turun hujan, sehingga manggarnya makin sulit mengeluarkan nira. Apalagi harga kebutuhan pokok merangkak naik, membuat masyarakat kecil hidupnya semakin susah.
Di Desa Banjaranyar terdapat puluhan penderes yang hanya mengandalkan pemasukan dari membuat gula kelapa. Menurutnya, pada saat musim kemarau seperti sekarang ini banyak yang libur menderes, karena hasilnya yang sangat sedikit. Namun baginya, tak ada pilihan lain selain menderes untukmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka tetap ia jalani.
“Kalau berhenti menderes saya tidak punya keahlian lain. Mau tak mau tetap menderes,” ujarnya.
Tak heran karena banyak yang sering libur menderes maupun akibat pohon kelapa yang sedikit mengeluarkan nira sebagai bahan baku utama gula kelapa, para pengepul menerima pasokan gula kelapa dari mereka turun mencapai 70 persen. Gurun,(53) salahsatu pengepul gula kelapa wilayah Pekuncen dan sekitarnya asal Desa Cikawung, Kecamatan Ajibarang menuturkan tiap lima hari biasanya menerima pasokan gula kelapa 10 ton untuk didrop ke Pasar Induk Ajibarang, sekarang hanya tiga ton saja.
“Semua penderes memang sedang kesusahan mendapatkan nira. Maka saya agak kesulitan membagi-bagi stok ke pelanggan. Mudah-mudahan bulan Oktober nanti sudah turun hujan kembali dan hasilnya normal lagi,” harapnya. (Ero)
Similar topics
» Jahe Gula Kelapa Banyumas Sampai ke Bali dan Aceh
» Harga Gula Pasir Mulai Turun
» Pedagang Gula Kelapa Mengeluh, Nira Dijadikan Bahan Baku Ciu
» Hujan, Produksi Durian Turun 15 Persen
» Ciregol Ditutup, Pemasukan Terminal Turun 30 Persen
» Harga Gula Pasir Mulai Turun
» Pedagang Gula Kelapa Mengeluh, Nira Dijadikan Bahan Baku Ciu
» Hujan, Produksi Durian Turun 15 Persen
» Ciregol Ditutup, Pemasukan Terminal Turun 30 Persen
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|