Batu Kali Klawing Belum Tergarap Optimal
Halaman 1 dari 1
Batu Kali Klawing Belum Tergarap Optimal
PURBALINGGA- Batu dari Kali Klawing dikenal memiliki kualitas baik untuk perhiasan, namun saat ini potensi tersebut belum tergarap dengan optimal baik oleh pemerintah maupun pihak ketiga.
Salah satu pengepul, Mudiharjo, kemarin, mengatakan rata-rata untuk batu kualitas bagus jenis naga sui atau pancawarna dibeli seharga Rp 2.500 per kilogram. Adapun kualitas rendah harganya juga lebih rendah. ”Batu dikirim ke Bandung dan Sukabumi untuk digarap lagi,” katanya, kemarin.
Diungkapkan, Kali Klawing merupakan sungai terbesar yang mengalir di sepanjang Kabupaten Purbalingga. Sungai tersebut memiliki hulu di Gunung Slamet sisi timur dan menyatu dengan Sungai Serayu di Banyumas. Selain ditemukan artefak yang diperkirakan dari zaman neolitikum, di sungai itu juga terdapat potensi batu perhiasan yang belum tergarap optimal.
Di sepanjang DAS Kali Klawing terdapat bermacam jenis batu yang memiliki nilai ekonomis tinggi jika digarap menjadi perhiasan seperti akik atau liontin.
Ada dua jenis batuan yang menjadi buah bibir di dunia gem (permata) tanah air yaitu jenis le sang du christ atau batu darah kristus dan pancawarna. Selain itu ada pula jenis lain seperti badar besi, biduri lumut, naga sui, kinyang, dan fosil kayu.
Meskipun sudah mengetahui nilai ekonomis dari batu tersebut, masyarakat di sekitar Kali Klawing belum sepenuhnya tahu benar cara mengoptimalkan nilai ekonomis itu. Mereka hanya mengumpulkan batu-batu tersebut dan dijual kepada pengepul.
Menurut Mudiharjo, batu-batu itu jika sudah ”disentuh” tangan perajin menjadi akik harganya bisa naik 200 persen. Untuk batu akik jenis naga sui atau pancawarna, paling murah dibanderol harga Rp 100.000 untuk pasaran dalam negeri. (H82-17)
sumber: suara merdeka
Salah satu pengepul, Mudiharjo, kemarin, mengatakan rata-rata untuk batu kualitas bagus jenis naga sui atau pancawarna dibeli seharga Rp 2.500 per kilogram. Adapun kualitas rendah harganya juga lebih rendah. ”Batu dikirim ke Bandung dan Sukabumi untuk digarap lagi,” katanya, kemarin.
Diungkapkan, Kali Klawing merupakan sungai terbesar yang mengalir di sepanjang Kabupaten Purbalingga. Sungai tersebut memiliki hulu di Gunung Slamet sisi timur dan menyatu dengan Sungai Serayu di Banyumas. Selain ditemukan artefak yang diperkirakan dari zaman neolitikum, di sungai itu juga terdapat potensi batu perhiasan yang belum tergarap optimal.
Di sepanjang DAS Kali Klawing terdapat bermacam jenis batu yang memiliki nilai ekonomis tinggi jika digarap menjadi perhiasan seperti akik atau liontin.
Ada dua jenis batuan yang menjadi buah bibir di dunia gem (permata) tanah air yaitu jenis le sang du christ atau batu darah kristus dan pancawarna. Selain itu ada pula jenis lain seperti badar besi, biduri lumut, naga sui, kinyang, dan fosil kayu.
Meskipun sudah mengetahui nilai ekonomis dari batu tersebut, masyarakat di sekitar Kali Klawing belum sepenuhnya tahu benar cara mengoptimalkan nilai ekonomis itu. Mereka hanya mengumpulkan batu-batu tersebut dan dijual kepada pengepul.
Menurut Mudiharjo, batu-batu itu jika sudah ”disentuh” tangan perajin menjadi akik harganya bisa naik 200 persen. Untuk batu akik jenis naga sui atau pancawarna, paling murah dibanderol harga Rp 100.000 untuk pasaran dalam negeri. (H82-17)
sumber: suara merdeka
Similar topics
» Wisata Desa Gumelem Belum Tergarap
» Pemanfaatan Limbah Belum Optimal
» Pesona Pantai Logending Belum Terkelola Optimal
» Pemkab Purbalingga dan Banyumas Rintis Pembangunan Jembatan Klawing
» Tahun 2012, Jembatan Linggamas Dibangun Diatas Sungai Klawing
» Pemanfaatan Limbah Belum Optimal
» Pesona Pantai Logending Belum Terkelola Optimal
» Pemkab Purbalingga dan Banyumas Rintis Pembangunan Jembatan Klawing
» Tahun 2012, Jembatan Linggamas Dibangun Diatas Sungai Klawing
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|