Cilacap Berpotensi Jadi Produsen Narkoba Sintetis

CILACAP - Sekretaris Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol Bambang Abimanyu menyatakan, Indonesia masih sangat potensial untuk pasar terbuka narkoba karena dari sedikitnya 3,8 juta rakyat Indonesia atau sekitar 2,29 persennya merupakan pecandu narkoba. Dari jumlah tersebut baru sekitar 18 ribu orang saja yang sudah direhabilitasi.

"Narkoba merupakan ancaman bersifat global yang harus ditangani secara komprehensif. Ancaman narkoba saat ini sudah sedemikian luas sehingga perlu ditangani secara serius," ujarnya disela meresmikan kantor Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Cilacap, Kamis (3/5).

Untuk itu pihaknya menghimbau masyarakat untuk waspada, karena penanganan pecandu narkoba bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja tetapi masyarakat dan keluarga. Terkait dengan mereka yang masih menjadi pencadu harus direhabilitasi dan bagi yang belum menjadi pencandu atau yang masih sehat diimunisasi agar tidak menjadi pencadu, salah satunya dengan terus mensosialisasikan melalui gerakan Pencegahan Pemberantasan Penyalanggunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) serta melakukan penyuluhan tentang narkoba dan dampak bahaya narkoba.

Upaya lainnya yakni dengan memutus jalur atau mata rantai jaringannya. "BNN telah merencanakan mereka yang direhabilitasi bisa mencapai 5 juta orang," lanjutnya.

Untuk mendukung rencana itu, BNN telah membentuk sedikitnya 75 badan narkotika propinsi (BNP) dan badan narkotika kabupaten (BNK). Namum demikian, dari sejumlah itu baru 10 BNP dan 33 BNMK yang memiliki kantor sehingga BNN terus berupaya menambah jumlah kantor BNP dan BNK yang ada.

Dijelaskan, saat ini Cilacap belum menjadi produsen narkoba, namun dengan keberadaan industri jamunya berpotensi menjadi produsen narkoba sintetis. Apalagi jamu-jamu itu ditengarai banyak dicampuri obat kimia.

"Makanya ketika saya ditanya, mengapa DIY menduduki rangking kedua kasus narkobanya, karena diapit oleh dua daerah industri jamu terdiri Cilacap dan Wonogiri," tambahnya. (Mak)

#krjogja.com