Tsunami Jepang Berdampak ke Industri Sapu Kutasari
Halaman 1 dari 1
Tsunami Jepang Berdampak ke Industri Sapu Kutasari
KUTASARI – Musibah gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Jepang, 11 Maret lalu, ternyata mulai berimbas kepada industri kecil di Kabupaten Purbalingga. Sebab, mereka tidak bisa lagi mengekspor hasil usaha mereka ke Jepang.
Seperti yang pada kerajinan sapu Hamada yang terdapat di Desa Munjul RT 2/RW I, Kecamatan Kutasari. Akibat bencana tersebut, untuk sementara perajin tak bisa mengirimkan barang ke Jepang. Sehingga pengrajin harus menanggung kerugian hingga ratusan juta rupiah.
“Seharusnya pada pekan ini, saya sudah mengirimkan barang ke Jepang. Namun, hingga hari ini (kemarin, red), belum ada order untuk mengirimkan sapu Hamada ke Jepang,” kata Supardi, pemilik perusahaan kerajinan sapu Zyulfikar, satu-satunya perajin sapu hamada di Purbalingga, ketika ditemui di kediamannya, kemarin (14/3).
Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti, belum adanya order untuk mengirimkan sapu Hamada ke Jepang. “Sebelum kejadian tsunami di Jepang, saya memang sempat dikontak untuk mengirimkan barang, akan tetapi hingga hari ini (kemarin, red), saya belum ditelepon kembali untuk mengirim,” lanjutnya.
Dijelaskan olehnya biasanya perusahaan kerajinan sapu Hamada miliknya, setiap bulan mengirimkan sekitar 10 ribu sapu Hamada ke Jepang. “Per sapu dihargai Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu tergantung kualitas sapu. Sehingga setiap kali mengirimkan barang ke Jepang, kalau dirupiahkan sekitar Rp 200 juta,” tambahnya.
Saat ini, dia mengaku merumahkan sekitar 32 karyawan, yang biasa bekerja membuat sapu Hamada. “Selain belum ada order untuk mengirimkan sapu hamada, juga disebabkan oleh minimnya bahan baku untuk membuat sapu Hamada. Sehingga kami terpaksa meliburkan karyawan, untuk sementara,” ujarnya. Diakui olehnya pengaruh tsunami di Jepang, untuk saat ini, masih belum begitu terasa. Namun, lama-kelamaan, menurutnya bisa mematikan usaha sapu Hamada miliknya, jika dirinya tak bisa mengirimkan barang ke Jepang.
Supardi menambahkan, perusahaan kerajinan sapu Hamada yang dimiliki olehnya, sudah sejak empat tahun silam berhasil mengekspor sapu Hamada ke Jepang, meski harus melalui perantara. “Saat ini tinggal saya satu-satunya di Purbalingga yang masih memproduksi sapu Hamada,” katanya.
Saat ini, hasil kerajinan sapu Hamada yang seharusnya dikirimkan ke Jepang, masih menumpuk di rumahnya, untuk menunggu perintah dari perusahaan perantara yang ada di Bogor, dikirimkan ke Jepang. “Saat ini, karena tak ada bahan baku dan order, kami stop sementara memproduksi sapu Hamada. Kami berproduksi lsgi setelah ada order,” pungkasnya.(Radar Banyumas)
Seperti yang pada kerajinan sapu Hamada yang terdapat di Desa Munjul RT 2/RW I, Kecamatan Kutasari. Akibat bencana tersebut, untuk sementara perajin tak bisa mengirimkan barang ke Jepang. Sehingga pengrajin harus menanggung kerugian hingga ratusan juta rupiah.
“Seharusnya pada pekan ini, saya sudah mengirimkan barang ke Jepang. Namun, hingga hari ini (kemarin, red), belum ada order untuk mengirimkan sapu Hamada ke Jepang,” kata Supardi, pemilik perusahaan kerajinan sapu Zyulfikar, satu-satunya perajin sapu hamada di Purbalingga, ketika ditemui di kediamannya, kemarin (14/3).
Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti, belum adanya order untuk mengirimkan sapu Hamada ke Jepang. “Sebelum kejadian tsunami di Jepang, saya memang sempat dikontak untuk mengirimkan barang, akan tetapi hingga hari ini (kemarin, red), saya belum ditelepon kembali untuk mengirim,” lanjutnya.
Dijelaskan olehnya biasanya perusahaan kerajinan sapu Hamada miliknya, setiap bulan mengirimkan sekitar 10 ribu sapu Hamada ke Jepang. “Per sapu dihargai Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu tergantung kualitas sapu. Sehingga setiap kali mengirimkan barang ke Jepang, kalau dirupiahkan sekitar Rp 200 juta,” tambahnya.
Saat ini, dia mengaku merumahkan sekitar 32 karyawan, yang biasa bekerja membuat sapu Hamada. “Selain belum ada order untuk mengirimkan sapu hamada, juga disebabkan oleh minimnya bahan baku untuk membuat sapu Hamada. Sehingga kami terpaksa meliburkan karyawan, untuk sementara,” ujarnya. Diakui olehnya pengaruh tsunami di Jepang, untuk saat ini, masih belum begitu terasa. Namun, lama-kelamaan, menurutnya bisa mematikan usaha sapu Hamada miliknya, jika dirinya tak bisa mengirimkan barang ke Jepang.
Supardi menambahkan, perusahaan kerajinan sapu Hamada yang dimiliki olehnya, sudah sejak empat tahun silam berhasil mengekspor sapu Hamada ke Jepang, meski harus melalui perantara. “Saat ini tinggal saya satu-satunya di Purbalingga yang masih memproduksi sapu Hamada,” katanya.
Saat ini, hasil kerajinan sapu Hamada yang seharusnya dikirimkan ke Jepang, masih menumpuk di rumahnya, untuk menunggu perintah dari perusahaan perantara yang ada di Bogor, dikirimkan ke Jepang. “Saat ini, karena tak ada bahan baku dan order, kami stop sementara memproduksi sapu Hamada. Kami berproduksi lsgi setelah ada order,” pungkasnya.(Radar Banyumas)
Similar topics
» Gempa & Tsunami di Jepang, Ini Dia Nomor yang Bisa Dikontak
» Enam Dosen Unsoed Selamat dari Tsunami Jepang
» Media Jepang Angkat Profil Industri Rambut Purbalingga
» 26 Sekolah Beradu di Porsiptek Kecamatan Kutasari
» Kenaikan BBM Berdampak pada Proyek PNPM
» Enam Dosen Unsoed Selamat dari Tsunami Jepang
» Media Jepang Angkat Profil Industri Rambut Purbalingga
» 26 Sekolah Beradu di Porsiptek Kecamatan Kutasari
» Kenaikan BBM Berdampak pada Proyek PNPM
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik