Kera Jawa Ramaikan Kompleks Masjid Saka Tunggal
Halaman 1 dari 1
Kera Jawa Ramaikan Kompleks Masjid Saka Tunggal
BANYUMAS (KRjogja.com) - Di sekitar kompleks masjid tertua di Indonesia, Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas terdapat ratusan ekor kera Jawa yang masih hidup liar di hutan belantara. Meski jinak, namun para pengunjung dilarang memegang atau menyentuhnya, karena menurut kepercayaan warga sekitar, apabila disentuh, kera-kera yang lain akan langsung menyerang karena dianggap telah mengganggunya.
“Kera-kera itu seperti punya telepati yang kuat satu sama lain. Bila kita memegang, walau kera itu sedang sendirian, namun kera-kera yang berada di hutan akan langsung berhamburan keluar menyerangnya,” tutur Sopani (62), imam Masjid Saka Tunggal, Kamis (8/9).
Keberadaan kera-kera tersebut dimungkinkan jauh sebelum Masjid Saka Tunggal berdiri, jadi sudah hidup selama berabad-abad. “Kepastian sejak kapan kera-kera itu ada, tidak ada yang tahu, yang jelas kera-kera itu dari dulunya hidup liar di hutan. Dan kebetulan di sini didirikan Masid Saka Tunggal oleh Kyai Mustolih,” ujar Sopani.
Sehingga ia minta kera-kera Jawa itu jangan dikait-kaitkan dengan masalah klenik atau hal-hal mistis. “Kera-kera itu hewan biasa, tidak ada kaitannya sebagai hewan peliharaan Kyai Mustolih yang harus diberi sesaji atau hal-hal mistis lainnya,” ujarnya.
Hanya saja yang sangat mengherankan warga setempat, selama ini tidak satupun yang pernah menjumpai kera-kera itu mati. “Kami tak pernah tahu ada kera yang mati, setidaknya bangkainya menggeletak di hutan, samasekali tidak pernah kami jumpai. Makanya sampai sekarang ini jumlahnya berapa ekor, bertambah atau berkurang kami tidak ada yang tahu,” ujarnya lagi.
Menurut Kepala Desa Cikakak, Suyitno, kera-kera tersebut pernah diteliti oleh para peneliti dari Jepang. Namun hasilnya seperti apa, ia tidak dikasih tahu. Dan jika dulu kera-kera itu hanya hidup di hutan, namun kini mulai menjalar berkeliaran di jalan dan kebun-kebun milik warga. Para pengunjung pun bisa melihatnya setiap saat. "Kalau dulu keluarnya paling hanya jam 09.00 - 12.00 siang. Tetapi sekarang mereka sudah pada berkeliaran di jalan dan kebun warga sekitar masjid" kata Supri, salah satu warga sekitar masjid. Kera-keratersebut sekarang memang sudah bisa hidup berdampingan dengan warga sekitar.
Saat berkunjung ke Masjid Saka Tunggal tidak lengkap jika tanpa memberinya pakan, disana ada warung yang menyediakan kacang dan pisang yang dapat dibeli. Bila kita merasa takut, warga setempat akan mendampingi kita, memanggil kera-kera itu dengan suitan. Dalam sekejap, mereka akan berhamburan turun dari hutan. Dan tingkah mereka yang lucu tak jarang mengundang tawa maupun senyum, menjadi keasyikan tersendiri berkunjung ke Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera. (Ero)
“Kera-kera itu seperti punya telepati yang kuat satu sama lain. Bila kita memegang, walau kera itu sedang sendirian, namun kera-kera yang berada di hutan akan langsung berhamburan keluar menyerangnya,” tutur Sopani (62), imam Masjid Saka Tunggal, Kamis (8/9).
Keberadaan kera-kera tersebut dimungkinkan jauh sebelum Masjid Saka Tunggal berdiri, jadi sudah hidup selama berabad-abad. “Kepastian sejak kapan kera-kera itu ada, tidak ada yang tahu, yang jelas kera-kera itu dari dulunya hidup liar di hutan. Dan kebetulan di sini didirikan Masid Saka Tunggal oleh Kyai Mustolih,” ujar Sopani.
Sehingga ia minta kera-kera Jawa itu jangan dikait-kaitkan dengan masalah klenik atau hal-hal mistis. “Kera-kera itu hewan biasa, tidak ada kaitannya sebagai hewan peliharaan Kyai Mustolih yang harus diberi sesaji atau hal-hal mistis lainnya,” ujarnya.
Hanya saja yang sangat mengherankan warga setempat, selama ini tidak satupun yang pernah menjumpai kera-kera itu mati. “Kami tak pernah tahu ada kera yang mati, setidaknya bangkainya menggeletak di hutan, samasekali tidak pernah kami jumpai. Makanya sampai sekarang ini jumlahnya berapa ekor, bertambah atau berkurang kami tidak ada yang tahu,” ujarnya lagi.
Menurut Kepala Desa Cikakak, Suyitno, kera-kera tersebut pernah diteliti oleh para peneliti dari Jepang. Namun hasilnya seperti apa, ia tidak dikasih tahu. Dan jika dulu kera-kera itu hanya hidup di hutan, namun kini mulai menjalar berkeliaran di jalan dan kebun-kebun milik warga. Para pengunjung pun bisa melihatnya setiap saat. "Kalau dulu keluarnya paling hanya jam 09.00 - 12.00 siang. Tetapi sekarang mereka sudah pada berkeliaran di jalan dan kebun warga sekitar masjid" kata Supri, salah satu warga sekitar masjid. Kera-keratersebut sekarang memang sudah bisa hidup berdampingan dengan warga sekitar.
Saat berkunjung ke Masjid Saka Tunggal tidak lengkap jika tanpa memberinya pakan, disana ada warung yang menyediakan kacang dan pisang yang dapat dibeli. Bila kita merasa takut, warga setempat akan mendampingi kita, memanggil kera-kera itu dengan suitan. Dalam sekejap, mereka akan berhamburan turun dari hutan. Dan tingkah mereka yang lucu tak jarang mengundang tawa maupun senyum, menjadi keasyikan tersendiri berkunjung ke Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera. (Ero)
Similar topics
» Jalan Menuju Obyek Wisata Masjid Saka Tunggal Rusak Parah
» Kawanan Kera di Banyumas Mengganas, Isi Dapur Ludes Disikat
» Warung Kaget Ramaikan Jalur Mudik
» Bermain dengan ratusan monyet di Taman Kera Cikakak Wangon
» Belasan Perusahaan Lokal Ramaikan Job Fair di Purbalingga
» Kawanan Kera di Banyumas Mengganas, Isi Dapur Ludes Disikat
» Warung Kaget Ramaikan Jalur Mudik
» Bermain dengan ratusan monyet di Taman Kera Cikakak Wangon
» Belasan Perusahaan Lokal Ramaikan Job Fair di Purbalingga
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik