Kasus Kematian Akibat HIV/ AIDS di Banyumas Terus Meningkat

PURWOKERTO - Jumlah warga di Kabupaten Banyumas yang meninggal dunia akibat HIV/AIDS hingga September 2011 mencapai 51 orang.

"Berdasarkan temuan Klinik VCT (voluntary counselling and testing) Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo Purwokerto hingga September 2011 tercatat sebanyak 110 kasus meninggal dunia akibat HIV/AIDS, 51 kasus di antaranya merupakan warga Kabupaten Banyumas," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banyumas Budi Pramono, Rabu (30/11).

Selain itu, kata dia, Klinik VCT RSUD Margono Soekarjo juga menemukan 530 kasus HIV serta 258 kasus AIDS.

Dari jumlah tersebut, lanjutnya, kasus HIV yang dialami warga Banyumas mencapai 224 kasus, sedangkan AIDS sebanyak 108 kasus.

"Klinik VCT RSUD Margono Soekarjo tidak hanya melayani konseling bagi warga Banyumas, tetapi juga dari daerah lain seperti Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, faktor risiko penularan HIV/AIDS di Banyumas didominasi oleh hubungan badan (heteroseksual) sebanyak 69,4 persen disusul penggunaan jarum suntik oleh pengguna narkotika sebanyak 16,6 persen.

Menurut dia, kelompok usia produktif antara 25-34 tahun mendominasi kasus HIV/AIDS di Banyumas karena mencapai 56 persen, disusul usia 15-24 tahun sebanyak 18,5 persen, dan 35-44 tahun sebesar 16,4 persen, sedangkan usia di bawah 15 tahun hanya 2,6 persen.

Sementara berdasarkan kelompok pekerjaan, kata dia, warga berstatus karyawan yang teridentifikasi tertular HIV/AIDS mencapai 21,1 persen, disusul ibu rumah tangga sebanyak 16,21 persen, wiraswasta 10 persen, serta pelajar dan mahasiswa 5,3 persen.

"Kelompok ibu rumah tangga ini terlihat cukup tinggi. Hal ini kemungkinan karena faktor suami yang sering berganti pasangan, karena berdasarkan jenis kelamin, kelompok laki-laki mencapai 55,5 persen dan perempuan sebanyak 44,5 persen," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan, jumlah tersebut belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es.

"Jadi, kasus yang belum terdeteksi diperkirakan jauh lebih banyak," kata dia menjelaskan.

Ia mengatakan, kasus HIV/AIDS di Banyumas tahun 2011 menempati peringkat keempat di Jawa Tengah atau turun dari tahun sebelumnya yang berada pada posisi ketiga.

"Tahun ini peringkat pertama ditempati Kota Semarang, disusul Surakarta pada peringkat kedua dan Cilacap peringkat ketiga," kata dia menambahkan.

Terkait peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember, dia mengatakan, pihaknya akan mengampanyekan slogan "Stop HIV dan AIDS, Hapus Stigma dan Diskriminasi di Dunia Kerja".

Menurut dia, hal ini sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

"Bagi dunia kerja, HIV/AIDS dapat berdampak pada penurunan produktivitas, potensi konflik di tempat kerja, peningkatan pengeluaran untuk biaya perawatan kesehatan, asuransi, pensiun dini, dan sebagainya," kata Budi.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mengimbau perusahaan mau berkomitmen dan memiliki kebijakan untuk melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja dengan mengintegrasikannya ke dalam gerakan pembudayaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam rangkan pencapaian visi "Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2015".

Selain itu, lanjutnya, perusahaan diimbau untuk menyediakan anggaran khusus untuk pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS serta tidak bersikap diskriminatif terhadap karyawan atau calon karyawan dengan status HIV positif yang masih mampu bekerja dengan baik. (Ant/Yan)


sumber: krjogja.com