JAICA Jepang Bantu Dosen Unsoed Purwokerto
Halaman 1 dari 1
JAICA Jepang Bantu Dosen Unsoed Purwokerto
PURWOKERTO - Jaica Jepang mengirimkan seorang tenaga pengajar untuk membantu dosen Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang.
Kepala Bagian Humas Unsoed Purwokerto Endang Istanti mengatakan, kedatangan Katsuki Chie dari Jaica Jepang diterima Pembantu Rektor II Unsoed Eko Hariyanto di Ruang Senat Gedung Rektorat Unsoed, Kamis [09/02] pagi.
“Mrs Katsuki Chie menjadi tenaga kontrak di Unsoed selama dua tahun untuk mengajar dosen Prodi Bahasa Jepang sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang dan meraih Level 2,” katanya. Ketua Prodi Bahasa Jepang Ida Hamidah mengatakan, Prodi Bahasa Jepang FISIP Unsoed mulai dibuka pada 2011.
“Akan tetapi permintaan ‘native’-nya (asli, red.) sudah dari 2010. Begitu SK dari Dikti (Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, red.) turun, kita langsung menyampaikan permohonan ke Jaica pada akhir 2010. Waktu itu masih secara lisan,” katanya.
Menurut dia, Jaica Jepang baru memberikan respons terhadap permohonan untuk mendapatkan “native speaker” (pembicara asli atau pribumi, red.) tersebut pada akhir 2011. Dalam hal ini, kata dia, Jaica Jepang secara resmi mengirimkan “native speaker” dengan status “silver expert”.
“Di Jaica Jepang ada dua, yakni ‘yunior expert’ yang berusia 22 tahun hingga di bawah 39 tahun dan ‘silver expert’ yang berusia di atas 39 tahun. Kebetulan untuk Unsoed mendapatkan yang ‘silver expert’ karena Mrs Katsuki Chie usianya sudah di atas 39 tahun,” katanya.
Ia mengatakan, Jaica Jepang tidak hanya mengirimkan tenaga pengajar bahasa Jepang ke Unsoed tetapi juga ke Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. “Ada enam tenaga yang dikirim Jaica Jepang ke Indonesia, dua di antaranya untuk mengajar bahasa Jepang di Unsoed dan Undip, sedangkan empat orang lainnya sebagai tenaga teknis di sejumlah provinsi,” katanya.
Menurut dia, Jaica mengirim tenaga pengajar ke setiap perguruan tinggi di Indonesia yang membuka Prodi Bahasa Jepang itu untuk meningkatkan kapasitas dosen. Ia mengharapkan, kemampuan dosen berbahasa Jepang para pengajar di program itu dapat meningkat selama dua tahun ke depan.
“Untuk dua tahun pertama ini kita coba lebih menekankan peningkatan kapasitas dosen sehingga nantinya dapat berdampak positif pada mahasiswa,” katanya.
Ia mengatakan, tenaga pengajar dari Jaica Jepang itu akan mendampingi dosen saat mengajar mahasiswa di ruangan. Dalam hal ini, kata dia, tenaga pengajar dari Jepang tersebut akan melakukan observasi terhadap cara mengajar dosen Prodi Bahasa Jepang.
Dari observasi tersebut, katanya, akan dilakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan dosen saat mengajar sehingga dapat diperbaiki agar bisa mencapai Level 2 dalam kemampuan berbahasa Jepang. “Dalam bahasa Jepang ada semacam Toefl, paling rendah Level 5 dan tertinggi Level 1. Tahun ini kita berharap bisa mencapai minimal Level 2,” katanya.
Kendati tidak dilibatkan secara langsung untuk mengajar mahasiswa, dia mengatakan, pihaknya akan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bisa melatih kemampuan berbahasa Jepang mereka dengan kegiatan percakapan bersama tenaga pengajar dari Jaica itu.
“Program yang dilaksanakan memang untuk dosen. Namun kami akan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan percakapan di hari Sabtu bersama tenaga pengajar dari Jepang ini,” katanya. (ant )
sumber: beritasore.com
Kepala Bagian Humas Unsoed Purwokerto Endang Istanti mengatakan, kedatangan Katsuki Chie dari Jaica Jepang diterima Pembantu Rektor II Unsoed Eko Hariyanto di Ruang Senat Gedung Rektorat Unsoed, Kamis [09/02] pagi.
“Mrs Katsuki Chie menjadi tenaga kontrak di Unsoed selama dua tahun untuk mengajar dosen Prodi Bahasa Jepang sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang dan meraih Level 2,” katanya. Ketua Prodi Bahasa Jepang Ida Hamidah mengatakan, Prodi Bahasa Jepang FISIP Unsoed mulai dibuka pada 2011.
“Akan tetapi permintaan ‘native’-nya (asli, red.) sudah dari 2010. Begitu SK dari Dikti (Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, red.) turun, kita langsung menyampaikan permohonan ke Jaica pada akhir 2010. Waktu itu masih secara lisan,” katanya.
Menurut dia, Jaica Jepang baru memberikan respons terhadap permohonan untuk mendapatkan “native speaker” (pembicara asli atau pribumi, red.) tersebut pada akhir 2011. Dalam hal ini, kata dia, Jaica Jepang secara resmi mengirimkan “native speaker” dengan status “silver expert”.
“Di Jaica Jepang ada dua, yakni ‘yunior expert’ yang berusia 22 tahun hingga di bawah 39 tahun dan ‘silver expert’ yang berusia di atas 39 tahun. Kebetulan untuk Unsoed mendapatkan yang ‘silver expert’ karena Mrs Katsuki Chie usianya sudah di atas 39 tahun,” katanya.
Ia mengatakan, Jaica Jepang tidak hanya mengirimkan tenaga pengajar bahasa Jepang ke Unsoed tetapi juga ke Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. “Ada enam tenaga yang dikirim Jaica Jepang ke Indonesia, dua di antaranya untuk mengajar bahasa Jepang di Unsoed dan Undip, sedangkan empat orang lainnya sebagai tenaga teknis di sejumlah provinsi,” katanya.
Menurut dia, Jaica mengirim tenaga pengajar ke setiap perguruan tinggi di Indonesia yang membuka Prodi Bahasa Jepang itu untuk meningkatkan kapasitas dosen. Ia mengharapkan, kemampuan dosen berbahasa Jepang para pengajar di program itu dapat meningkat selama dua tahun ke depan.
“Untuk dua tahun pertama ini kita coba lebih menekankan peningkatan kapasitas dosen sehingga nantinya dapat berdampak positif pada mahasiswa,” katanya.
Ia mengatakan, tenaga pengajar dari Jaica Jepang itu akan mendampingi dosen saat mengajar mahasiswa di ruangan. Dalam hal ini, kata dia, tenaga pengajar dari Jepang tersebut akan melakukan observasi terhadap cara mengajar dosen Prodi Bahasa Jepang.
Dari observasi tersebut, katanya, akan dilakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan dosen saat mengajar sehingga dapat diperbaiki agar bisa mencapai Level 2 dalam kemampuan berbahasa Jepang. “Dalam bahasa Jepang ada semacam Toefl, paling rendah Level 5 dan tertinggi Level 1. Tahun ini kita berharap bisa mencapai minimal Level 2,” katanya.
Kendati tidak dilibatkan secara langsung untuk mengajar mahasiswa, dia mengatakan, pihaknya akan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bisa melatih kemampuan berbahasa Jepang mereka dengan kegiatan percakapan bersama tenaga pengajar dari Jaica itu.
“Program yang dilaksanakan memang untuk dosen. Namun kami akan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan percakapan di hari Sabtu bersama tenaga pengajar dari Jepang ini,” katanya. (ant )
sumber: beritasore.com
Similar topics
» Enam Dosen Unsoed Selamat dari Tsunami Jepang
» Dosen Unsoed Ciptakan Cash Register Mobile
» Dosen Unsoed Lolos Seleksi Tahap 3 Calon Hakim MA
» Rektor Unsoed Diperksa di Kejari Purwokerto
» Anggaran Riset Unsoed Purwokerto Rp 10 Miliar
» Dosen Unsoed Ciptakan Cash Register Mobile
» Dosen Unsoed Lolos Seleksi Tahap 3 Calon Hakim MA
» Rektor Unsoed Diperksa di Kejari Purwokerto
» Anggaran Riset Unsoed Purwokerto Rp 10 Miliar
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|