MASJID CHENG HOO PURBALINGGA
Halaman 1 dari 1
MASJID CHENG HOO PURBALINGGA
*Simbol Multietnis Islam
BANGUNAN itu bila dilihat sepintas lebih mirip kelenteng karena memiliki ornamen khas Tiongkok lengkap puluhan lampion berwarna merah. Ketika melangkah ke bagian dalam terlihat jelas kaligrafi di dinding dan mimbar menghias interior.
Tidak diragukan lagi, bangunan itu ternyata sebuah masjid. Itulah Masjid Muhammad Cheng Hoo atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Cheng Hoo. Masjid yang berlokasi di desa Selaganggeng kecamatan Mrebet, sekitar tujuh kilometer utara Kota Purbalingga itu, didirikan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) atau komunitas muslim etnis Cina di Purbalingga.
Masjid yang diresmikan Bupati Heru Sudjatmoko pada tahun 2011 menjadi bukti keberagaman etnis dalam agama Islam di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Purbalingga. "Masjid ini dibangun 2005. Tapi baru selesai pada 2011. Kendala keuangan membuat pembangunan masjid tersendat cukup lama," tutur Teguh, penjaga masjid Cheng Hoo, kemarin.
Tanpa kubah bulat sebagaimana lazimnya, secara visual masjid itu memang lebih menyerupai klenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma) dengan arsitektur Tiongkok Kuno yang signifikan. Budaya Tionghoa terlihat dari bentuk masjid itu. Apalagi warna merah dan hijau yang dominan pada bangunan itu menunjukkan warna favorit kaum Tionghoa. Sedangkan atap masjid berbentuk persegi delapan melambangkan Pat Kwa atau keberuntungan atau kejayaan dalam keyakinan etnis Tionghoa.
Profil segi delapan juga menggambarkan kisah Nabi Muhammad saat ditolong oleh seekor laba-laba, yang sarangnya menyerupai segi delapan. Selain budaya Cina, sentuhan budaya Jawa dan Arab juga hadir hadir dalam masjid itu. Yakni pemasangan usuk-usuk dan kaligrafi di dalam masjid itu. (Toto Rusmanto)
#KRjogja.com
BANGUNAN itu bila dilihat sepintas lebih mirip kelenteng karena memiliki ornamen khas Tiongkok lengkap puluhan lampion berwarna merah. Ketika melangkah ke bagian dalam terlihat jelas kaligrafi di dinding dan mimbar menghias interior.
Tidak diragukan lagi, bangunan itu ternyata sebuah masjid. Itulah Masjid Muhammad Cheng Hoo atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Cheng Hoo. Masjid yang berlokasi di desa Selaganggeng kecamatan Mrebet, sekitar tujuh kilometer utara Kota Purbalingga itu, didirikan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) atau komunitas muslim etnis Cina di Purbalingga.
Masjid yang diresmikan Bupati Heru Sudjatmoko pada tahun 2011 menjadi bukti keberagaman etnis dalam agama Islam di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Purbalingga. "Masjid ini dibangun 2005. Tapi baru selesai pada 2011. Kendala keuangan membuat pembangunan masjid tersendat cukup lama," tutur Teguh, penjaga masjid Cheng Hoo, kemarin.
Tanpa kubah bulat sebagaimana lazimnya, secara visual masjid itu memang lebih menyerupai klenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma) dengan arsitektur Tiongkok Kuno yang signifikan. Budaya Tionghoa terlihat dari bentuk masjid itu. Apalagi warna merah dan hijau yang dominan pada bangunan itu menunjukkan warna favorit kaum Tionghoa. Sedangkan atap masjid berbentuk persegi delapan melambangkan Pat Kwa atau keberuntungan atau kejayaan dalam keyakinan etnis Tionghoa.
Profil segi delapan juga menggambarkan kisah Nabi Muhammad saat ditolong oleh seekor laba-laba, yang sarangnya menyerupai segi delapan. Selain budaya Cina, sentuhan budaya Jawa dan Arab juga hadir hadir dalam masjid itu. Yakni pemasangan usuk-usuk dan kaligrafi di dalam masjid itu. (Toto Rusmanto)
#KRjogja.com
Similar topics
» Pilih Nginap di Tenda dan Masjid
» Pembangunan Masjid Al Muslimun Libatkan Ratusan Ibu-ibu
» Masjid PITI Andre Al-Hikmah Simbol Pluralisme Banyumas
» Kera Jawa Ramaikan Kompleks Masjid Saka Tunggal
» Jalan Menuju Obyek Wisata Masjid Saka Tunggal Rusak Parah
» Pembangunan Masjid Al Muslimun Libatkan Ratusan Ibu-ibu
» Masjid PITI Andre Al-Hikmah Simbol Pluralisme Banyumas
» Kera Jawa Ramaikan Kompleks Masjid Saka Tunggal
» Jalan Menuju Obyek Wisata Masjid Saka Tunggal Rusak Parah
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik