Tak Lengkap, bila Acara Nostalgia Tanpa Jajan Pasar
Halaman 1 dari 1
Tak Lengkap, bila Acara Nostalgia Tanpa Jajan Pasar
TIDAK sulit mencari pusat jajanan tradisional di Majenang. Berbagai jenis jajanan pasar tersedia di Pasar Caplek, yang terletak di Dusun Cigobang, Desa Jenang, Kecamatan Majenang. Di pasar itulah pengunjung akan dimanjakan dengan cemilan tempo doeloe.
Semenjak subuh, para penjual dan pembeli sudah mulai ramai memadati pasar yang telah ada selama puluhan tahun itu. Jajanan yang beraneka ragam menjadikannya pusat jajan pasar favorit di wilayah itu.
Sebut saja Cenil, Puli Ketan, Limpung, Onde, Kemplang, hingga Ketan Bakar dengan mudah ditemukan di lapak-lapak kayu dan bambu milik pedagang.
Kenikmatan ngemil jajanan pasar menimbulkan sensasi jadul (zaman dulu) di lidah kita. Contohnya, ketan bakar khas Pasar Caplek. Rasa gurih disertai aroma bakaran akan terasa pada gigitan pertama. Lebih nikmat dihidangkan selagi hangat dan ditaburi parutan kelapa.
Apalagi jika dinikmati bersama secangkir teh atau kopi. ”Uenak tenan...”.
Itu baru satu di antara ratusan jenis jajanan pasar di sana. Maka tak heran, pasar ini memang terkenal sebagai pusat jajanan tradisonal di wilayah majenang dan sekitarnya. Para penjualnya telah turun temurun mewariskan usaha membuat dan berdagang jajanan pasar di tempat itu.
Turun Temurun
Ny Ikah (55), seorang penjual jajanan di pasar itu mengungkapkan, resep yang dimilikinya secara turun temurun dari orangtua. Dia pun juga menurunkan keahliannya itu kepada anak gadisnya.
”Kami membikin jajanan sendiri, yang ngajari orang tua,” katanya.
Bagi pelanggan, jajanan itu cukup memberikan nuansa nostalgia. Meskipun telah tinggal di luar kota cukup lama, rasa kangen untuk mencicipi jajanan pasar, membuat mereka tak pernah lupa mampir ke Pasar Caplek. Hal itu biasanya dilakukan manakala mereka pulang mudik.
Keramaian pasar akan mencapai puncaknya ketika hari libur atau Minggu. ”Kalau hari libur, pasar ini penuh,” kata Ny Yani (30) pedagang lain di pasar itu. Pendapatan yang diperoleh bisa tiga kali lipat dari pada hari biasa.
Pada hari biasa, dia hanya memperoleh pendapatan sekitar Rp 40.000 per hari. Namun ketika hari libur, perempuan yang menjajakan belut bakar dan pindang ikan itu mampu meraup Rp 150.000 per hari.
Saat bulan Puasa, sebagian besar dari pedagang itu justru libur. Mereka beralih berdagang dari rumah ke rumah (ngider). Setelah Lebaran, Pasar Caplek kembali dibanjiri pembeli. (Khalid Yogi-75)
Semenjak subuh, para penjual dan pembeli sudah mulai ramai memadati pasar yang telah ada selama puluhan tahun itu. Jajanan yang beraneka ragam menjadikannya pusat jajan pasar favorit di wilayah itu.
Sebut saja Cenil, Puli Ketan, Limpung, Onde, Kemplang, hingga Ketan Bakar dengan mudah ditemukan di lapak-lapak kayu dan bambu milik pedagang.
Kenikmatan ngemil jajanan pasar menimbulkan sensasi jadul (zaman dulu) di lidah kita. Contohnya, ketan bakar khas Pasar Caplek. Rasa gurih disertai aroma bakaran akan terasa pada gigitan pertama. Lebih nikmat dihidangkan selagi hangat dan ditaburi parutan kelapa.
Apalagi jika dinikmati bersama secangkir teh atau kopi. ”Uenak tenan...”.
Itu baru satu di antara ratusan jenis jajanan pasar di sana. Maka tak heran, pasar ini memang terkenal sebagai pusat jajanan tradisonal di wilayah majenang dan sekitarnya. Para penjualnya telah turun temurun mewariskan usaha membuat dan berdagang jajanan pasar di tempat itu.
Turun Temurun
Ny Ikah (55), seorang penjual jajanan di pasar itu mengungkapkan, resep yang dimilikinya secara turun temurun dari orangtua. Dia pun juga menurunkan keahliannya itu kepada anak gadisnya.
”Kami membikin jajanan sendiri, yang ngajari orang tua,” katanya.
Bagi pelanggan, jajanan itu cukup memberikan nuansa nostalgia. Meskipun telah tinggal di luar kota cukup lama, rasa kangen untuk mencicipi jajanan pasar, membuat mereka tak pernah lupa mampir ke Pasar Caplek. Hal itu biasanya dilakukan manakala mereka pulang mudik.
Keramaian pasar akan mencapai puncaknya ketika hari libur atau Minggu. ”Kalau hari libur, pasar ini penuh,” kata Ny Yani (30) pedagang lain di pasar itu. Pendapatan yang diperoleh bisa tiga kali lipat dari pada hari biasa.
Pada hari biasa, dia hanya memperoleh pendapatan sekitar Rp 40.000 per hari. Namun ketika hari libur, perempuan yang menjajakan belut bakar dan pindang ikan itu mampu meraup Rp 150.000 per hari.
Saat bulan Puasa, sebagian besar dari pedagang itu justru libur. Mereka beralih berdagang dari rumah ke rumah (ngider). Setelah Lebaran, Pasar Caplek kembali dibanjiri pembeli. (Khalid Yogi-75)
Similar topics
» 8 Ferrari Tabrakan pada Acara Narsis di Jepang
» Klenteng Boen Tek Bio Lepas Ratusan Binatang di Acara Tradisi Fangshen
» Episode Terbaru Acara 'Coboy Junior' Akan Jalan-Jalan ke Purwokerto
» Menembus Pasar Ekspor
» Semua Pasar Bobrok
» Klenteng Boen Tek Bio Lepas Ratusan Binatang di Acara Tradisi Fangshen
» Episode Terbaru Acara 'Coboy Junior' Akan Jalan-Jalan ke Purwokerto
» Menembus Pasar Ekspor
» Semua Pasar Bobrok
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|