Klenteng Boen Tek Bio Lepas Ratusan Binatang di Acara Tradisi Fangshen
Halaman 1 dari 1
Klenteng Boen Tek Bio Lepas Ratusan Binatang di Acara Tradisi Fangshen
BANYUMAS: Pelepasan binatang yang mewakili tiga alam, yakni darat, air, dan udara menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa sejak ribuan tahun lalu. Tradisi itu disebut Fangshen atau pelepasan makhluk hidup demi tercapainya kebahagiaan makhluk tersebut.
Pada sembahyang Fangshen di tempat ibadah Tri Dharma, Boen Tek Bio Banyumas, Minggu (13/1) siang, ratusan binatang seperti burung pipit, burung dara, kelinci, ikan lele, dan kura-kura yang dibeli oleh jemaat, dilepaskan lagi secara bersamaan. Tujuan pelepasan binatanbg tersebut adalah untuk menebarkan cinta kasih (metta) kepada sesama makhluk hidup.
Menurut Humas Boen Tek Bio, Sobita Nanda, dengan membuat makhluk lain bahagia maka kita akan merasakan juga kebahagiaan itu.
Sebelum dilepaskan, ratusan hewan yang mewakili tiga alam itu dimasukkan ke dalam beberapa kandang lalu diperciki air suci. Kemudian umat Tridharma menggelar sembahyang di hadapan altar Thian dan para suci di Aula Serbaguna, supaya doa dan harapan mereka dapat dikabulkan.
“Tradisi Fangshen ini sudah mulai dilakukan sejak 20 tahun terakhir di Boen Tek Bio Banyumas. Tahun ini, sembahyang fangshen diikuti lebih dari 50 umat dari Banyumas dan ada juga yang sengaja datang dari luar pulau,” ujar Sobita, Minggu (13/1).
Dalam pelaksanaan Fangshen kali ini, ratusan burung pipit dan burung dara dilepaskan di halaman kelenteng. Sementara puluhan kura-kura dan ikan lele, dilepas di Sungai Serayu. Sementara kelinci, dilepas di Bumi Perkemahan Kendalisada, Kalibagor Banyumas.
“Hewan-hewan yang tadi dilepas itu harapannya akan menjadi pembuka jalan hidup di ketiga alam, yakni air, darat, dan udara. Pelepasan burung untuk terbang bebas di alam lagi menjadi perlambang kebebasan. Sementara dengan melepaskan ikan lele dan kura-kura, kita berharap mendapat kekuatan hidup dan umur yang panjang. Sedangkan pelepasan kelinci sebagai perlambang kemakmuran,” kata Sobita.
Di daratan Tiongkok, menurut Sobita tradisi Fangshen ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Sementara di Kelenteng Boen Tek Bio, terjadi sedikit perbedaan karena akulturasi dengan budaya kejawen yang berkembang di tanah Jawa. Sebetulnya di begeri asalnya pelaksaaan Fangshen hanya ditandai dengan melepasa satu jenis hewan saja. Sementara di Boen Tek Bio, ada tiga jenis hewan yang dilepas untuk mewakili tiga unsur alam.
Melalui Fangshen ini, doa yang dibarengi dengan kebajikan dengan pembebasan hewan ini, segala keinginan yang dimohonkan pada-Nya akan segera terkabulkan. “Dalam Fangshen kali ini, kita memohonkan supaya semua umat lintas agama di Banyumas menjadi lebih guyub rukun,” kata Sobita. (dedy afrengki/ bayu ns)
/satelitpost
Pada sembahyang Fangshen di tempat ibadah Tri Dharma, Boen Tek Bio Banyumas, Minggu (13/1) siang, ratusan binatang seperti burung pipit, burung dara, kelinci, ikan lele, dan kura-kura yang dibeli oleh jemaat, dilepaskan lagi secara bersamaan. Tujuan pelepasan binatanbg tersebut adalah untuk menebarkan cinta kasih (metta) kepada sesama makhluk hidup.
Menurut Humas Boen Tek Bio, Sobita Nanda, dengan membuat makhluk lain bahagia maka kita akan merasakan juga kebahagiaan itu.
Sebelum dilepaskan, ratusan hewan yang mewakili tiga alam itu dimasukkan ke dalam beberapa kandang lalu diperciki air suci. Kemudian umat Tridharma menggelar sembahyang di hadapan altar Thian dan para suci di Aula Serbaguna, supaya doa dan harapan mereka dapat dikabulkan.
“Tradisi Fangshen ini sudah mulai dilakukan sejak 20 tahun terakhir di Boen Tek Bio Banyumas. Tahun ini, sembahyang fangshen diikuti lebih dari 50 umat dari Banyumas dan ada juga yang sengaja datang dari luar pulau,” ujar Sobita, Minggu (13/1).
Dalam pelaksanaan Fangshen kali ini, ratusan burung pipit dan burung dara dilepaskan di halaman kelenteng. Sementara puluhan kura-kura dan ikan lele, dilepas di Sungai Serayu. Sementara kelinci, dilepas di Bumi Perkemahan Kendalisada, Kalibagor Banyumas.
“Hewan-hewan yang tadi dilepas itu harapannya akan menjadi pembuka jalan hidup di ketiga alam, yakni air, darat, dan udara. Pelepasan burung untuk terbang bebas di alam lagi menjadi perlambang kebebasan. Sementara dengan melepaskan ikan lele dan kura-kura, kita berharap mendapat kekuatan hidup dan umur yang panjang. Sedangkan pelepasan kelinci sebagai perlambang kemakmuran,” kata Sobita.
Di daratan Tiongkok, menurut Sobita tradisi Fangshen ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Sementara di Kelenteng Boen Tek Bio, terjadi sedikit perbedaan karena akulturasi dengan budaya kejawen yang berkembang di tanah Jawa. Sebetulnya di begeri asalnya pelaksaaan Fangshen hanya ditandai dengan melepasa satu jenis hewan saja. Sementara di Boen Tek Bio, ada tiga jenis hewan yang dilepas untuk mewakili tiga unsur alam.
Melalui Fangshen ini, doa yang dibarengi dengan kebajikan dengan pembebasan hewan ini, segala keinginan yang dimohonkan pada-Nya akan segera terkabulkan. “Dalam Fangshen kali ini, kita memohonkan supaya semua umat lintas agama di Banyumas menjadi lebih guyub rukun,” kata Sobita. (dedy afrengki/ bayu ns)
/satelitpost
Similar topics
» Klenteng Terbesar di Banyumas Terbakar
» Tradisi Gubyah di Kalibening
» Lepas Tembakan, Gasak 8 Kg Emas
» Pemerintah Dinilai Lepas Tangan
» Kemarau Datang, Tradisi Gebyuk Ikan Dimulai
» Tradisi Gubyah di Kalibening
» Lepas Tembakan, Gasak 8 Kg Emas
» Pemerintah Dinilai Lepas Tangan
» Kemarau Datang, Tradisi Gebyuk Ikan Dimulai
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|