Kemarau Datang, Tradisi Gebyuk Ikan Dimulai
Halaman 1 dari 1
Kemarau Datang, Tradisi Gebyuk Ikan Dimulai
BANYUMAS (KRjogja.com) - Setiap musim kemarau datang, hampir semua warga Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, terutama kaum ibu menggelar tradisi Gebyuk Ikan di sepanjang Sungai Tajum, sungai terbesar yang melintasi desa mereka. Gebyuk adalah tradisi kaum ibu Darmakeradenan menangkap ikan secara beramai-ramai menggunakan sirib atau sejenis jaring yang dibuat berbentuk segi empat.
Mulai awal Juni 2011 lalu, musim kemarau telah tiba, secara otomatis gebyuk ikan pun dimulai hingga sekarang. Setiap hari menjelang sore hingga hampir malam, ibu-ibu secara berombongan mencebur ke sungai, lalu menggebyuk ikan. Ratusan warga yang tinggal di sekitar sungai Tajum Desa Darmakeradenan tersebut, sejak jam tiga sore hingga menjelang Maghrib secara ramai-ramai berendam menyusuri sungai dari hulu ke hilir, berlomba mendapatkan ikan. Caranya dengan menyelupkan sirib sebentar, lalu mengangkatnya. Bila ada yang dapat ikan banyak, yang lainnya pun akan bersorak sorai.
Tak sedikit antara bapak, ibu dan anak melakukan gebyuk ikan bareng-bareng sekeluarga. Bagi mereka musim kemarau suatu kesempatan memperoleh banyak ikan di sungai secara gratis, karena debit airnya menyusut sehingga ikan mudah ditangkap. “Bahkan saya sudah sepekan ini tiap sore hari menggebyuk ikan. Lumayan perhari kadang dapat seperempat kilo atau setengah kilo ikan, terdiri ikan wader, mujahir, tawes atau melem” kata Sutinah (57), warga RT 1/RW 6, kepada KRjogja.com, Rabu (6/7).
Menurut Warkiman (45), tokoh masyarakat setempat, gebyuk ikan itu sudah jadi tradisi warga sekitar sungai Tajum, khususnya warga Desa Darmakradenan selama berpuluh-puluh tahun. “Sejak saya masih kecil, orangtua saya dan mbah-mbah saya sudah melakukan gebyuk ikan seperti ini setiap musim kemarau datang. Hal ini juga baik untuk menyadarkan warga untuk tidak menggunakan portas atau bahan kimia lainnya dalam menangkap ikan,” tuturnya.
Ikan-ikan yang mereka dapatkan, selain dimasak sendiri buat lauk-pauk di rumah juga dijual. Tak heran musim kemarau membawa keberkahan tersendiri bagi mereka. Dan selagi musim kemarau masih berlangsung, banyak dari mereka tetap akan gebyuk ikan.
“Kalau sungainya benar-benar sudah mengering, baru mereka berhenti gebyuk ikan. Kewajiban gebyuk ikan memang hanya 2 hari, yakni hari pertama dan kedua perhitungan jatuhnya kemarau mereka. Selebihnya adalah terserah masing-masing. Tetapi kenyataannya,setiap hari ibu-ibu gebyuk tetap ramai. (Ero)
Mulai awal Juni 2011 lalu, musim kemarau telah tiba, secara otomatis gebyuk ikan pun dimulai hingga sekarang. Setiap hari menjelang sore hingga hampir malam, ibu-ibu secara berombongan mencebur ke sungai, lalu menggebyuk ikan. Ratusan warga yang tinggal di sekitar sungai Tajum Desa Darmakeradenan tersebut, sejak jam tiga sore hingga menjelang Maghrib secara ramai-ramai berendam menyusuri sungai dari hulu ke hilir, berlomba mendapatkan ikan. Caranya dengan menyelupkan sirib sebentar, lalu mengangkatnya. Bila ada yang dapat ikan banyak, yang lainnya pun akan bersorak sorai.
Tak sedikit antara bapak, ibu dan anak melakukan gebyuk ikan bareng-bareng sekeluarga. Bagi mereka musim kemarau suatu kesempatan memperoleh banyak ikan di sungai secara gratis, karena debit airnya menyusut sehingga ikan mudah ditangkap. “Bahkan saya sudah sepekan ini tiap sore hari menggebyuk ikan. Lumayan perhari kadang dapat seperempat kilo atau setengah kilo ikan, terdiri ikan wader, mujahir, tawes atau melem” kata Sutinah (57), warga RT 1/RW 6, kepada KRjogja.com, Rabu (6/7).
Menurut Warkiman (45), tokoh masyarakat setempat, gebyuk ikan itu sudah jadi tradisi warga sekitar sungai Tajum, khususnya warga Desa Darmakradenan selama berpuluh-puluh tahun. “Sejak saya masih kecil, orangtua saya dan mbah-mbah saya sudah melakukan gebyuk ikan seperti ini setiap musim kemarau datang. Hal ini juga baik untuk menyadarkan warga untuk tidak menggunakan portas atau bahan kimia lainnya dalam menangkap ikan,” tuturnya.
Ikan-ikan yang mereka dapatkan, selain dimasak sendiri buat lauk-pauk di rumah juga dijual. Tak heran musim kemarau membawa keberkahan tersendiri bagi mereka. Dan selagi musim kemarau masih berlangsung, banyak dari mereka tetap akan gebyuk ikan.
“Kalau sungainya benar-benar sudah mengering, baru mereka berhenti gebyuk ikan. Kewajiban gebyuk ikan memang hanya 2 hari, yakni hari pertama dan kedua perhitungan jatuhnya kemarau mereka. Selebihnya adalah terserah masing-masing. Tetapi kenyataannya,setiap hari ibu-ibu gebyuk tetap ramai. (Ero)
Similar topics
» Tradisi Gubyah di Kalibening
» Klenteng Boen Tek Bio Lepas Ratusan Binatang di Acara Tradisi Fangshen
» Datang dari Banyumas Cume Nak Cabol Jak
» Andi Arief belum Pernah Datang ke Lokasi Bencana di Cilacap
» Kemarau, Mata Air Mengering
» Klenteng Boen Tek Bio Lepas Ratusan Binatang di Acara Tradisi Fangshen
» Datang dari Banyumas Cume Nak Cabol Jak
» Andi Arief belum Pernah Datang ke Lokasi Bencana di Cilacap
» Kemarau, Mata Air Mengering
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|