Pedagang Tolak Rencana Penutupan Lantai Dua

#Ontran-ontran Pasar Wage
PURWOKERTO (suara merdeka) - Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Wage (P3W) Purwokerto, Mohammad Toha, mengatakan niatan Bupati Mardjoko menutup lantai dua Pasar Wage pasti akan ditolak mayoritas pedagang yang selama ini taat aturan.

Kebijakan itu kalau direalisasikan justru akan diteterta­wakan para pedagang. Pasalnya, masalah berlarut di pasar tersebut karena pemerintah dan aparat tidak bisa bersikap tegas.

”Kalau itu benar mau ditutup malah ditertawakan pedagang pasar. Alasannya, kenapa pemerintah tidak berani melawan sekelompok orang yang selama ini membuat situasi pasar tidak kondusif,” katanya, kemarin.

Ia menilai, menutup pasar seolah seperti mau menutup pintu gerbang saja. Mestinya pascabentrok pemerintah dan polisi bersikap tegas memroses hukum para pelaku kekerasan dan provokator.

”Yang melapor ada, provokator yang menggerakkan massa juga jelas. Pelakunya juga sudah ditangkap, tapi kok hanya dimintai keterangan. Setelah itu dilepas lagi oleh polisi. Mestinya ya diproses sesuai hukum yang berlaku,” ungkapnya.

Lebih Banyak

Menurutnya, jumlah pedagang yang taat aturan lebih banyak. Namun, kenapa pemerintah takut hanya dengan seke­lompok orang yang melindungi pedagang yang melanggar aturan.

”Kalau pemerintah tegas siapkan personel untuk menertibkan lagi. Satpol PP eksekutornya, polisi dan TNI membantu. Buktinya penertiban tanggal 17 Maret lalu saat pedagang mau dinaikkan ke lantai dua berjalan lancar dan sukses. Masa kalah dengan sekelompok orang jalanan yang mau mengatur semaunya, terus pemerintah dan polisi mundur,” katanya dengan nada kesal.

Pedagang resah tidak hanya soal rencana lantai dua mau ditutup (digembok), karena pedagang dinilai susah diatur, namun juga ter­kait munculnya wacana pe­mindahan pasar ke lokasi baru. ”Mestinya ribuan pedagang yang memiliki tempat usaha di Pasar Wage harus diselamatkan,” tandasnya.

Soal tudingan pedagang tidak kompak, itu harus diperjelas kelompok pedagang yang mana. Yang pro penegakan aturan tetap menginginkan berjualan di tempat masing-masing, yang menentang karena menginginkan jualan di area parkir dan lorong yang dilarang. Jumlah yang melanggar jauh lebih sedikit dan hanya merasa karena ada yang membekingi, sehingga mereka merasa kuat.

Dia mengharapkan, ada solusi yang lebih bijak sekadar mau menutup lantai dua atau me­mindah pasar secara keseluruhan. Ia menyarankan, pemerintah atau elemen lain yang independen menfasilitasi dialog untuk mempertemukan dua kelompok pedagang yang berbeda. Pihaknya siap berdialog dan mencari solusi terbaik. (G22, tio-17)