BBM Biodiesel Nyamplung Mulai Diuji
Halaman 1 dari 1
BBM Biodiesel Nyamplung Mulai Diuji
CILACAP - Bupati Purworejo Mahsun Zain melakukan "road test" (tes perjalanan) kendaraan berbahan bakar biodiesel nyamplung dengan rute Purworejo-Cilacap-Semarang Jawa Tengah.
Saat singgah di Cilacap, Mahsun Zain mengatakan, biodiesel nyamplung merupakan salah satu energi alternatif yang dapat dimanfaatkan di tengah kekhawatiran terhadap kelangkaan bahan bakar gas dan minyak.
"Kalau kita terus mengandalkan minyak bumi, nanti lama-lama bisa habis sehingga perlu energi alternatif seperti nyamplung dan jarak. Saat ini Purworejo uji coba produksi (biodiesel nyamplung), belum dijual ke pasaran. Nanti hasil produksinya, enam bulan ke depan akan dibeli Puslitbang Kementerian Kehutanan," katanya, Senin (5/3).
Setelah enam bulan, kata dia, pihaknya akan menjual biodiesel nyamplung ini kepada perusahaan-perusahaan di Purworejo.
Dia mengakui, harga biodiesel nyamplung ini lebih tinggi dibanding solar produksi Pertamina karena bahan bakar alternatif tersebut termasuk bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
"Nanti kita mampu menjual di bawah harga Pertamina. Nanti perusahaan-perusahaan di Purworejo kita wajibkan untuk memakainya. Orientasi pasarnya perusahaan-perusahaan karena nonsubsidi," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya melakukan uji coba terhadap biodiesel nyamplung tersebut.
"Hari ini kita uji coba, berhasil atau tidak. Mobil yang saya pakai biasanya 1:10 (satu liter solar untuk 10 kilometer), tadi dicoba (menggunakan biodiesel nyamplung) 1:12. Sampai Cilacap masih berhasil, nanti sampai Semarang, saya tidak tahu," katanya.
Mengenai pengembangan biodiesel nyamplung ini, Mahsun mengatakan, hal itu berawal dari peluncuran demonstrasi plot (demplot) mandiri energi oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Purworejo pada akhir 2009.
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya mengelola tanaman nyamplung untuk diolah menjadi biodiesel sebagai pengganti solar.
"Potensi nyamplung di Purworejo banyak sekali, sekarang ada 100 hektare siap dipetik untuk dijadikan biodiesel," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dinhutbun) Cilacap Sudjiman mengatakan, kabupaten ini juga terus mengembangkan tanaman nyamplung di Kecamatan Adipala, Binangun dan Nusawungu dengan jumlah tanaman yang dikembangkan warga sebanyak 59.958 batang, sedangkan yang ditanam pada lokasi pembuatan hutan pantai sebanyak 148.222 batang.
Dia mengakui produksi nyamplung di Kabupaten Cilacap belum sebesar Purworejo karena baru menghasilkan sekitar 10-20 ton per tahun.
"Kalau di Purworejo potensinya sudah 100 hektare sehingga minyak yang dihasilkan diujicobakan ke sini (Cilacap)," katanya.
Data yang dihimpun, produksi biodiesel nyamplung di Purworejo mencapai 6.000 liter per bulan dengan bahan baku nyamplung sebanyak 24 ton dan harga jual biodiesel Rp8.500,- per liter. (Ant/Yan)
sumber: krjogja.com
Saat singgah di Cilacap, Mahsun Zain mengatakan, biodiesel nyamplung merupakan salah satu energi alternatif yang dapat dimanfaatkan di tengah kekhawatiran terhadap kelangkaan bahan bakar gas dan minyak.
"Kalau kita terus mengandalkan minyak bumi, nanti lama-lama bisa habis sehingga perlu energi alternatif seperti nyamplung dan jarak. Saat ini Purworejo uji coba produksi (biodiesel nyamplung), belum dijual ke pasaran. Nanti hasil produksinya, enam bulan ke depan akan dibeli Puslitbang Kementerian Kehutanan," katanya, Senin (5/3).
Setelah enam bulan, kata dia, pihaknya akan menjual biodiesel nyamplung ini kepada perusahaan-perusahaan di Purworejo.
Dia mengakui, harga biodiesel nyamplung ini lebih tinggi dibanding solar produksi Pertamina karena bahan bakar alternatif tersebut termasuk bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
"Nanti kita mampu menjual di bawah harga Pertamina. Nanti perusahaan-perusahaan di Purworejo kita wajibkan untuk memakainya. Orientasi pasarnya perusahaan-perusahaan karena nonsubsidi," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya melakukan uji coba terhadap biodiesel nyamplung tersebut.
"Hari ini kita uji coba, berhasil atau tidak. Mobil yang saya pakai biasanya 1:10 (satu liter solar untuk 10 kilometer), tadi dicoba (menggunakan biodiesel nyamplung) 1:12. Sampai Cilacap masih berhasil, nanti sampai Semarang, saya tidak tahu," katanya.
Mengenai pengembangan biodiesel nyamplung ini, Mahsun mengatakan, hal itu berawal dari peluncuran demonstrasi plot (demplot) mandiri energi oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Purworejo pada akhir 2009.
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya mengelola tanaman nyamplung untuk diolah menjadi biodiesel sebagai pengganti solar.
"Potensi nyamplung di Purworejo banyak sekali, sekarang ada 100 hektare siap dipetik untuk dijadikan biodiesel," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dinhutbun) Cilacap Sudjiman mengatakan, kabupaten ini juga terus mengembangkan tanaman nyamplung di Kecamatan Adipala, Binangun dan Nusawungu dengan jumlah tanaman yang dikembangkan warga sebanyak 59.958 batang, sedangkan yang ditanam pada lokasi pembuatan hutan pantai sebanyak 148.222 batang.
Dia mengakui produksi nyamplung di Kabupaten Cilacap belum sebesar Purworejo karena baru menghasilkan sekitar 10-20 ton per tahun.
"Kalau di Purworejo potensinya sudah 100 hektare sehingga minyak yang dihasilkan diujicobakan ke sini (Cilacap)," katanya.
Data yang dihimpun, produksi biodiesel nyamplung di Purworejo mencapai 6.000 liter per bulan dengan bahan baku nyamplung sebanyak 24 ton dan harga jual biodiesel Rp8.500,- per liter. (Ant/Yan)
sumber: krjogja.com
Similar topics
» 40 % Makanan Belum Diuji Standar Produk
» Jembatan KA Sakalibel Akan Diuji Coba
» PPP Mulai Gerilya ke Kyai NU
» Mulai Besok, Jalur KRL Berubah
» Kampung Laut Mulai Berlistrik
» Jembatan KA Sakalibel Akan Diuji Coba
» PPP Mulai Gerilya ke Kyai NU
» Mulai Besok, Jalur KRL Berubah
» Kampung Laut Mulai Berlistrik
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|