Bisikan Alam di Tepi Sungai Jengok
Halaman 1 dari 1
Bisikan Alam di Tepi Sungai Jengok
PURWOKERTO – Matahari belum juga tinggi. Tapi, tepi Jembatan Sungai Jengok di Dusun Lemahurug, Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, sudah dipenuhi banyak orang.
Riuh rendah suara mereka terdengar dari kejauhan. Kesibukan terlihat di sana sini. Orang-orang tersebut sedang mempersiapkan acara aksi teatrikal Padepokan Seni Cowongsewu dengan judul Bisikan Alam.
Acara ini diikuti 56 peserta, yang terdiri dari anggota padepokan, kelompok begalan Banyumas, mahasiswa STAIN, dan lengger Banyumas dengan bintang tamu lengger Astuti.
Pada acara ini pula, ditampilkan ritual Pakeyongan, yaitu salah satu ritual untuk memohon hujan. Ritual ini sudah hampir punah, tergusur oleh modernisasi dan perubahan zaman.
Selain Pakeyongan, acara juga diramaikan dengan tarian ebeg, lengger, tari manipuran, tari pendhet, tari bali, wayang cumplung, serta aksi teatrikal oleh seniman perupa Banyumas, Medi PS dan Titut Edi Purwanto.
Pesta budaya ini dimulai dengan longmarch oleh seluruh peserta. Anak-anak dengan tubuh diwarnai arang ikut mengiringi bertelanjang dada sambil menari-nari. Anak-anak tersebut merupakan perlambang dari iblis yang senantiasa menggoda manusia. Longmarch lalu diakhiri di tepi Sungai Jengok. Masyarakat terlihat antusias menonton acara tersebut.
Menurut Titut Edi Purwanto, selaku salah satu pemrakarsa, acara ini diadakan karena ingin menghidupkan kembali karya-karya peninggalan leluhur, sebagai bukti cinta terhadap budaya bangsa sendiri. Di akhir acara, Titut mengingatkan ini bukan bertujuan untuk musyrik, atau mengajak masyarakat menyekutukan Tuhan. Namun hanya sebatas untuk mengingatkan kembali pada asal usul manusia, pada budaya asal yang telah lama dilupakan. (dian apriliani)
#radar banyumas
Riuh rendah suara mereka terdengar dari kejauhan. Kesibukan terlihat di sana sini. Orang-orang tersebut sedang mempersiapkan acara aksi teatrikal Padepokan Seni Cowongsewu dengan judul Bisikan Alam.
Acara ini diikuti 56 peserta, yang terdiri dari anggota padepokan, kelompok begalan Banyumas, mahasiswa STAIN, dan lengger Banyumas dengan bintang tamu lengger Astuti.
Pada acara ini pula, ditampilkan ritual Pakeyongan, yaitu salah satu ritual untuk memohon hujan. Ritual ini sudah hampir punah, tergusur oleh modernisasi dan perubahan zaman.
Selain Pakeyongan, acara juga diramaikan dengan tarian ebeg, lengger, tari manipuran, tari pendhet, tari bali, wayang cumplung, serta aksi teatrikal oleh seniman perupa Banyumas, Medi PS dan Titut Edi Purwanto.
Pesta budaya ini dimulai dengan longmarch oleh seluruh peserta. Anak-anak dengan tubuh diwarnai arang ikut mengiringi bertelanjang dada sambil menari-nari. Anak-anak tersebut merupakan perlambang dari iblis yang senantiasa menggoda manusia. Longmarch lalu diakhiri di tepi Sungai Jengok. Masyarakat terlihat antusias menonton acara tersebut.
Menurut Titut Edi Purwanto, selaku salah satu pemrakarsa, acara ini diadakan karena ingin menghidupkan kembali karya-karya peninggalan leluhur, sebagai bukti cinta terhadap budaya bangsa sendiri. Di akhir acara, Titut mengingatkan ini bukan bertujuan untuk musyrik, atau mengajak masyarakat menyekutukan Tuhan. Namun hanya sebatas untuk mengingatkan kembali pada asal usul manusia, pada budaya asal yang telah lama dilupakan. (dian apriliani)
#radar banyumas
Similar topics
» Atasi Erosi, Tepi Sungai Datar Dipasang Bronjong
» Polisi Gemuk Harus Lari Lintas Alam 10 Km
» Hulu Sungai Luk Ulo Rusak
» Jembatan Sungai Parakan Di Resmikan
» Rehabilitasi Sungai dekat Merapi Rp 300 M
» Polisi Gemuk Harus Lari Lintas Alam 10 Km
» Hulu Sungai Luk Ulo Rusak
» Jembatan Sungai Parakan Di Resmikan
» Rehabilitasi Sungai dekat Merapi Rp 300 M
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|