AKHIR JUNI MASUKI MUSIM KEMARAU ; Harga Sembako di Purwokerto Terus Merangkak

PURWOKERTO (KR) - Harga beberapa kebutuhan pokok (sembako) pasca kenaikan harga BBM di Purwokerto terus merangkak. Pada sejumlah pasar di kota itu, kenaikan harga mulai terasa seminggu terakhir. Pedagang di Pasar Wage Purwokerto, Bagas (29) mengatakan, ia kini menjual beras IR 64 berkualitas medium seharga Rp 5.300 per kilogram. Seminggu lalu ia menjajakan beras itu seharga Rp 5.200.

Menurutnya, tingginya harga lantaran kurangnya pasokan serta tingginya permintaan, terlebih adanya kenaikan BBM yang berakibat lonjakan biaya transportasi dan penggilingan. “Namun, terutama karena pasokan yang sulit. Biasanya, saya dikirim dua kuintal beras IR 64, sekarang hanya satu kuintal oleh distributor, dengan alasan jatahnya sudah tidak ada,” katanya kepada KR, Jumat (13/6) di tokonya. Ditambahkan, distributor juga telah memberikan sinyal bahwa harga beras IR 64 kemungkinan akan terus melambung.

Pedagang lain, Pendi Susilo (29) mengungkapkan harga minyak goreng curah juga turut melonjak dari Rp 11.000 menjadi Rp 11.200 per kilogram dalam waktu seminggu. Selain itu, minyak goreng sayur juga mengalami peningkatan dari Rp 15.700 setiap kilogram menjadi Rp 16.000 dalam dua hari terakhir.

Selain minyak dan beras, ia terpaksa menaikkan harga jual telur ayam ras. Saat ini, ia menjajakan produk turunan peternakan unggas itu dengan harga Rp 10.500, naik dari sebelumnya Rp 10.000. “Saya tidak tahu kenapa telur naik, mungkin karena lonjakan BBM yang mengakibatkan biaya produksi dan transportasi naik,” tuturnya.

Terpisah, pedagang sembako di Pasar Manis Purwokerto, Yadi (31) mengutarakan, sejumlah produk bahan kebutuhan rumah tangga bikinan pabrik juga mengalami kenaikan harga mulai 1 Juni 2008. Harga barang seperti sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, susu, minuman instan, kecap serta barang lainnya melonjak rata-rata 15 - 20 persen.

Musim Kemarau
Selain dipengaruhi harga BBM diperkirakan musim kemarau yang mulai datang juga mempengaruhi kenaikan harga sembako. Meski Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang, M Yahya musim kemarau berdasarkan suhu udara sekarang di Jateng diperkirakan normal. Dan puncak kemarau akan terjadi Agustus - September 2008 mendatang. Untuk musim kemarau ini masyarakat di Jateng perlu waspada dan melakukan antisipasi musim kemarau ini dengan melakukan efisiensi pemanfaatan air.

Sebagaimana dikutip Antara disebutkan, daerah pesisir utara maupun selatan wilayah Jateng, seperti Rembang, Wonogiri Selatan, Purworejo, Selatan, Cilacap, Kebumen, dan Banyumas Barat curah hujan pada bulan Mei 2008 sedikit rata-rata kurang dari 50 mm per bulan. “Tetapi keadaan musim kemarau di Jateng kemungkinan juga bisa lebih kering apabila indeks osilasi selatan itu merosot, tetapi berdasarkan kondisi yang ada sekarang diperkirakan masih normal,” tambah Yahya.

Kondisi suhu udara di Laut Jawa dan Laut Selatan sekarang ini lebih tinggi satu derajat celsius dari rata-rata sehingga penguapannya tidak terlalu besar maka kelembaban tidak terlalu basah, akibatnya kalau siang hari panas atau kering dan malam hari terasa dingin, katanya.
Untuk daerah dataran rendah di Jateng secara umum pada bulan Mei telah memasuki musim kemarau dan intensitas curah hujan berkurang dan sifatnya lokal dan sporadis serta sebentar, sedangkan daerah dataran tinggi mulai Juni baru memasuki kemarau.

“Frekuensi curah hujan di Jateng pada Juni 2008 ini semakin berkurang sehingga hampir seluruh wilayah provinsi ini pada akhir bulan Juni 2008 diperkirakan telah memasuki musim kemarau,” katanya. (*-1/Fsy)-g