Musim Kemarau di Selatan Jateng dan DIY Mundur
Halaman 1 dari 1
Musim Kemarau di Selatan Jateng dan DIY Mundur
CILACAP (KRjogja.com) - Musim kemarau di sebagian besar wilayah Jawa Tengah bagian selatan mundur akibat palung tekanan rendah dari Australia hingga Samudera Hindia selatan Jawa.
"Mundurnya (musim kemarau) juga dipengaruhi keberadaan daerah tekanan rendah di barat daya Sumatera serta masih tingginya suhu permukaan laut yang berkisar antara 29-30 derajat Celcius sehingga mendukung pembentukan awan penyebab hujan," kata Analis Cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jumat (14/5).
Dalam hal ini, kata dia, wilayah Jateng selatan yang mengalami kemunduran waktu musim kemarau antara lain Kabupaten Kebumen bagian selatan, Kabupaten Purworejo bagian selatan, dan sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut dia, musim kemarau di wilayah tersebut pada kondisi normal dimulai pada dasarian (10 hari) ketiga April hingga dasarian pertama Mei. Akan tetapi hingga dasarian kedua Mei, lanjutnya, wilayah tersebut masih diguyur hujan dengan intensitas cukup tinggi.
"Khusus untuk Kabupaten Cilacap belum bisa dikatakan mengalami kemunduran memasuki musim kemarau meskipun curah hujannya saat ini di atas normal, yakni di atas 200 milimeter per bulan. Dalam kondisi normal, curah hujan di Kabupaten Cilacap bagian selatan rata-rata 174 milimeter per bulan," katanya.
Ia mengatakan, wilayah Kabupaten Cilacap bagian selatan diprakirakan memasuki musim kemarau pada dasarian ketiga Mei sehingga belum masuk kategori mundur. "Kami akan mengamati curah hujan yang turun pada dasarian ketiga Mei. Jika ternyata dalam 10 hari curah hujannya masih 60-70 milimeter per hari, berarti mengalami kemunduran waktu memasuki musim kemarau," katanya.
Disinggung mengenai kondisi cuaca di perairan selatan Jateng dan DIY, dia mengatakan, ketinggian gelombang kembali mengalami peningkatan dalam beberapa hari ke depan setelah sempat turun pada kisaran 2,5-3 meter. "Ketinggian gelombang pada Sabtu (15/5) hingga beberapa hari ke depan diprakirakan kembali meningkat dengan kisaran tiga hingga empat meter," katanya.
Menurut Teguh, peningkatan ketinggian gelombang tersebut dipengaruhi angin di wilayah perairan yang bertiup dengan kecepatan 25-60 kilometer per jam dari arah timur laut hingga tenggara. (Ant/Ogi)
"Mundurnya (musim kemarau) juga dipengaruhi keberadaan daerah tekanan rendah di barat daya Sumatera serta masih tingginya suhu permukaan laut yang berkisar antara 29-30 derajat Celcius sehingga mendukung pembentukan awan penyebab hujan," kata Analis Cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jumat (14/5).
Dalam hal ini, kata dia, wilayah Jateng selatan yang mengalami kemunduran waktu musim kemarau antara lain Kabupaten Kebumen bagian selatan, Kabupaten Purworejo bagian selatan, dan sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut dia, musim kemarau di wilayah tersebut pada kondisi normal dimulai pada dasarian (10 hari) ketiga April hingga dasarian pertama Mei. Akan tetapi hingga dasarian kedua Mei, lanjutnya, wilayah tersebut masih diguyur hujan dengan intensitas cukup tinggi.
"Khusus untuk Kabupaten Cilacap belum bisa dikatakan mengalami kemunduran memasuki musim kemarau meskipun curah hujannya saat ini di atas normal, yakni di atas 200 milimeter per bulan. Dalam kondisi normal, curah hujan di Kabupaten Cilacap bagian selatan rata-rata 174 milimeter per bulan," katanya.
Ia mengatakan, wilayah Kabupaten Cilacap bagian selatan diprakirakan memasuki musim kemarau pada dasarian ketiga Mei sehingga belum masuk kategori mundur. "Kami akan mengamati curah hujan yang turun pada dasarian ketiga Mei. Jika ternyata dalam 10 hari curah hujannya masih 60-70 milimeter per hari, berarti mengalami kemunduran waktu memasuki musim kemarau," katanya.
Disinggung mengenai kondisi cuaca di perairan selatan Jateng dan DIY, dia mengatakan, ketinggian gelombang kembali mengalami peningkatan dalam beberapa hari ke depan setelah sempat turun pada kisaran 2,5-3 meter. "Ketinggian gelombang pada Sabtu (15/5) hingga beberapa hari ke depan diprakirakan kembali meningkat dengan kisaran tiga hingga empat meter," katanya.
Menurut Teguh, peningkatan ketinggian gelombang tersebut dipengaruhi angin di wilayah perairan yang bertiup dengan kecepatan 25-60 kilometer per jam dari arah timur laut hingga tenggara. (Ant/Ogi)
Similar topics
» Musim Kemarau, Panen Padi di Banyumas 'Anjlok'
» AKHIR JUNI MASUKI MUSIM KEMARAU ; Harga Sembako di Purwokerto Terus Merangkak
» Akhir September Pancaroba di Jateng Selatan
» Waspadai Puting Beliung di Wilayah Selatan Jateng
» AKHIR JUNI MASUKI MUSIM KEMARAU ; Harga Sembako di Purwokerto Terus Merangkak
» Akhir September Pancaroba di Jateng Selatan
» Waspadai Puting Beliung di Wilayah Selatan Jateng
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|