warga purbalanjar
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Kampung Batik, Ikhtiar Mengulang Kejayaan

Go down

Kampung Batik, Ikhtiar Mengulang Kejayaan Empty Kampung Batik, Ikhtiar Mengulang Kejayaan

Post  tahenk Wed Sep 07, 2011 8:51 pm

* Oleh Susanto

DUNIA perbatikan di Banyumas telah melewati ratusan tahun silam. Ini menjadi bagian, dari perkembangan sejarah pakaian yang dikenakan oleh para raja dan ratu di Pulau Jawa. Karena itulah tiap motif dan warna batik, menyimbolkan status dan prestise pemakainya.

Menyebut batik Banyumas, pasti akan merujuk pada wilayah Sokaraja. Wilayah ini sejak abad IX silam telah dikenal dengan kampung batik. Banyak ahli menyebut, perkembangan batik di Banyumas terjadi setelah Perang Diponegoro (1825-1830).

Pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro inilah yang mengajarkan batik kepada masyarakat setempat. Kain kebesaran para raja dan ratu ini pun, lambat laun ditiru, dikembangkan, dan dipakai oleh rakyat jelata.

''Dulu sering batik Banyumas ini dipesan oleh orang asing. Melalui agenda pertukaran pelajar di Purwokerto, biasanya mereka memperkenalkan batik Banyumas ke negara lain,'' kata Sundari (70), warga Sokaraja Kulon RT 2 RW 4.

Dia menuturkan, bagi para perajin batik di Banyumas, menorehkan malam atau lilin untuk membatik ke kain, bukan sekadar untuk mengisi waktu senggang. Sejak dulu, membatik sudah menjadi mata pencaharian para kerabat kraton dan rakyat jelata.

''Boleh dibilang kami hidup dari batik. Makan, berpakaian, dan menyekolahkan anak-anak dari batik. Jadi tidak bisa dianggap remeh keberadaan batik bagi warga Sokaraja ini,'' jelas Sundari.

Dengan adanya faktor ekonomi dan sejarah itulah, menurutnya keberadaan batik banyumasan bukan hanya harus dijaga eksistensinya, tetapi juga perlu dikembangkan.

Saat ini para pengusaha bersama warga Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja, sedang mengikhtiarkan adanya Kampung Batik di Banyumas.

''Kami ingin mengembalikan lagi kejayaan batik Banyumas melalui Kampung Batik. Karena dari dulu kami sudah melihat potensi yang luar biasa pada batik Banyumas ini,'' ujar Heru Santoso, pengusaha batik asal desa setempat.

Misi untuk mewujudkan Kampung Batik Banyumas, juga karena batik banyumasan tidak kalah kualitas dan keanekaragaman motif dibanding daerah lain. Selain itu ada pula misi untuk mewariskan budaya membatik, karena regenerasi di bidang ini sering mengalami hambatan. Apabila desa pembatik terwujud, para pengusaha dan perajin berharap, batik banyumasan bisa kembali jaya seperti pada tahun 1970-1980. ''Mulai dari desa pembatik ini, kami ini mulai menyalakan kembali kejayaan Batik Banyumas yang selama seperempat abad ini mulai meredup,'' kata ayah dua anak ini.

Maket kampung batik Sokaraja Kulon ini telah dibuat oleh warga setempat, untuk pengajuan proposal dana Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan. Direncanakan dengan dana Rp 1 miliar ini, berbagai infrastruktur dan suprastruktur kampung batik Banyumas ini akan dibangun dan dijalankan.

''Nantinya ada pembuatan galeri batik, Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) batik, dan beberapa titik belandongan batik akan dibenahi untuk pendukung kampung batik ini,'' ujar Heru.

Dapat Dukungan

Di Sokaraja Kulon, saat ini ada delapan kelompok perajin yang masih mengembangkan batik tulis dan cap khas Banyumas. Sementara untuk bangunan LKP, telah dipersiapkan lahan eks balai desa Sokaraja Kulon.

''Kami berharap agar konsep dan maket kampung batik benar-benar diwujudkan. Kami ingin masyarakat luar tidak hanya sekedar mengenal Sokaraja sebagai tempat getuk goreng atau soto, tetapi juga batik,'' kata Sukardi, salah satu perajin batik dari Sokaraja Kulon.

Dukungan perwujudan kampung batik di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja ini juga mendapatkan dukungan dari perajin batik dari desa lainnya. Diharapkan keberadaan Kampung Batik ini dapat semakin memperkenalkan Sokaraja sebagai ikon Batik Banyumas.

''Kami mendukung keberadaan kampung batik. Ini penting agar Batik Banyumas semakin terangkat,'' kata Taifur Anwar, pengusaha batik Banyumas 'Bawor' dari Sokaraja Lor.

Dia berharap kampung batik dapat menjadi salah satu bagian dari upaya promosi. Apalagi saat ini sebagian pengusaha belum bisa memanfaatkan teknologi canggih untuk promosi.

''Kami baru sebatas mengikuti pameran, tapi kami berpikir ke depan untuk dapat memperkenalkan dan mempromosikan batik Banyumas ini ke dunia internasional, lewat website,'' ujar Taifur.

Pengusaha batik yang memperkerjakan sekitar delapan pekerja ini menuturkan, prospek pemasaran batik Banyumas sebenarnya sangat cerah. Tak hanya bagi pengusahanya, tetapi juga para pekerjanya. Terbukti sampai dengan sekarang, para pembatik di sentra batiknya masih dapat dibayar dengan gaji sesuai Upah Minimum Regional Kabupaten, bahkan terkadang lebih. (63)

sumber: suara merdeka
tahenk
tahenk

Jumlah posting : 2009
Join date : 27.01.08
Lokasi : Jakarta Selatan

http://tahenk.multiply.com/

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik