warga purbalanjar
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Astaga, Anak SD Lakukan Tindak Asusila

Go down

Astaga, Anak SD Lakukan Tindak Asusila Empty Astaga, Anak SD Lakukan Tindak Asusila

Post  tahenk Sun Feb 20, 2011 7:58 pm

SUARA MERDEKA

CELETUKAN bocah ingusan itu membuka aib yang mencabik-cabik rasa kemanusiaan kita. Pengakuan polosnya membuat siapa pun
yang mendengar sulit untuk percaya.

Suatu malam di pengujung Januari silam, sebuah keluarga di Desa Kebutuh, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, asyik menonton sinetron di layar kaca. Dalam sebuah adegan, tampaklah pemeran laki-laki dan perempuan berciuman.

Tak dinyana, demi melihat adegan hot itu, seorang bocah, anak dari keluarga tersebut, spontan berkomentar: ’’Bar ambung-ambungan, terus kawin kaya kancane nyong,’’ (Habis berciuman, lalu kawin seperti teman saya-Red).

Tentu saja, celetukan sang bocah membuat kedua orang tuanya terperangah. Mereka kaget dan marah, karena tak menyangka kalimat itu diucapkan oleh anaknya yang notabene masih bocah. Tapi demi mengetahui lebih jauh ucapan anaknya itu, sang ibu berupaya menahan diri. Dengan telaten, ia korek keterangan dari sang bocah.

Dari mulut bocah ingusan itu, terkuak peristiwa memilukan yang sulit dipercaya akal sehat. Lima siswa sekolah dasar berinisial Im (kelas IV), In (kelas IV), Ar (kelas III), Jf (Kelas III) dan Ew (Kelas II) diduga telah menondai teman bermain mereka, sebut saja Bunga, yang masih kelas I SD dan Kembang, duduk di bangku TK.

Peristiwa yang terjadi pada bulan Desember itu bermula saat Kembang dan Im bermain bersama di kebun belakang milik seorang warga. Ketika itu, Kembang meminta dibuatkan kapal-kapalan. Im bersedia dengan satu syarat, “Ya kawin dingin ya nyong mengko gelem (Ya kawin dulu nanti saya buatkan-Red),’’ ujarnya.

Kembang yang tak memahami maksud Im, hanya bisa menuruti keinginan teman bermainnya itu. Im lalu menceritakan pengalamannya kepada Jf dan In. Tak dinyana kedua bocah itu akhirnya melakukan tindakan serupa kepada Kembang.

Sampai di sini, cerita belum berakhir. Jf yang telah memperdayai Kembang, mengincar korban lain, yakni Bunga. Untuk itu ia mengajak dua temannya yang lain Ar dan Ew.

Sulit dipercaya, anak-anak yang masih bau kencur itu bisa melakukan perbuatan yang semestinya belum menjangkau nalar mereka. Lebih sulit dipercaya lagi, dalam melakukan aksinya, bocah-bocah itu konon mengadopsi gaya bercinta orang dewasa.

Perbuatan itu mereka lakukan berulang kali di kamar mandi, WC umum, maupun kamar pelaku ketika rumahnya dalam kondisi kosong.
Kapolres AKBP Roy Hardi Siahaan, merasa prihatin. Namun menurutnya, tujuh orang anak yang terlibat peristiwa itu sama-sama menjadi korban. Para pelaku menjadi korban dari lingkungan yang tak ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Lantaran masih anak-anak, baik pelaku maupun korban sama-sama tak mengerti apa yang mereka lakukan. Ada anak yang diberitahu seorang pemuda, bahwa berhubungan badan itu enak kemudian mencobanya. Ada anak yang melihat hal semacam itu di film lalu ingin menirunya.

’’Bahkan ada juga yang pernah melihat temannya melakukan itu sehingga ingin mempraktikkan hal serupa,’’ ujar Roy.
Kian Longgar

Peristiwa itu bagai melengkapi serangkaian kasus kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur yang terjadi di Purbalingga dalam kurun tiga bulan belakangan.

Terakhir adalah kasus pencabulan di Desa Tlahab Kidul Kecamatan Karangreja, 3 Januari lalu. Sorang siswi SMP berusia 13 tahun, sebut saja Mawar, dicabuli oleh tiga teman laki-lakinya di sebuah di kandang ayam. Pelakunya, Nur (18), Roh (18), dan Mus (17), semuanya warga Dukuh Sawangan Desa Tlahab Lor Karangreja. Nur adalah mantan pacar mawar.

Tak dipungkiri, fenomena kekerasan seksual semacam itu berpangkal dari kian longgarnya norma sosial terkait hubungan kesusilaan. Dalam berpacaran misalnya, anak-anak muda semakin berani mempertontonkan kemesraan di muka umum.

Warga Purbalingga tahu betul tempat-tempat mana yang menyediakan “paket wisata ngintip’’, alias menonton pasangan yang bermesraan di tempat terbuka. Fenomena itu tak urung membuat tokoh masyarakat Purbalingga prihatin.

Mantan Ketua PP Muhammadiyah Purbalingga KH Muzni Tanwir misalnya, menyayangkan pemerintah daerah dan aparat keamanan yang terkesan membiarkan merebaknya tempat-tempat pacaran semacam itu. Padahal, pemandangan tidak senonoh tersebut bisa dilihat siapa saja, termasuk anak-anak.

“Semua pihak perlu melakukan introspeksi dan segera melakukan langkah strategis untuk menekan angka kejahatan seksual, terutama yang melibatkan anak-anak.(Sigit Harsanto, Arif Nugroho, Bangkit Wismo-82)
tahenk
tahenk

Jumlah posting : 2009
Join date : 27.01.08
Lokasi : Jakarta Selatan

http://tahenk.multiply.com/

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik