Hasil Memuaskan, Pengrajin Ciu Enggan Ganti Profesi
Halaman 1 dari 1
Hasil Memuaskan, Pengrajin Ciu Enggan Ganti Profesi
BANYUMAS - Sedikitnya 100 pengrajin arak tradisional Ciu, di Desa Wlahar, Kecamatan Wangon, Banyumas tetap enggan ganti profesi, meskipun beberapa kali Pemkab Banyumas telah memberi penyuluhan maupun himbauan agar mereka berganti usaha lain yang tidak dilarang.
"Pengrajin arak ciu di desa kami memang telah menjadi home industri secara alamiah. Sedikitnya ada 200 rumah yang punya usaha bikin produksi arak ciu. Pihak Pemkab Banyumas memang sudah amat sering menghimbau kepada mereka untuk beralih usaha. Tetapi usaha lain nggak ada yang bisa untuk layak hidup, jadinya ya tetap saja bikin arak ciu," kata YMT Kades Wlahar, Kadiwan, Jumat (19/04/2013).
Disebutkan, Pemkab Banyumas dipimpin Bupati Aris Setiyono meminta pengrajin arak ciu untuk berwiraswasta lain, seperti menjadi petani buah, menjahit, atau menjadi pengrajin makanan khas Banyumasan Cimplung dan lainnya. Tetapi setelah dicoba dengan usaha lain tersebut, hasilnya tidak memadai, bahkan banyak yang tekor atau merugi. Akibatnya mereka kembali hidup sebagai pengrajin arak ciu.
"Kemudian ketika Banyumas dipimpin Bupati Mardjoko kemarin, warga kami dialihfungsikan dengan usaha bio etanol untuk menggantikan bikin arak ciu. Para pengrajin pun menuruti keinginan bupati. Tetapi setelah dicoba hidup dengan bikin bio etanol, hasinya tak maksimal. Untuk harga arak ciu 1 liter pengrajin menjualnya Rp 16 ribu. Biaya produksi 1 liter arak ciu sekitar Rp 14 ribu. Jadi ada keuntungan Rp 2 ribu/liter. Sedang ketika dicoba memproduksi bio etanol untuk pengganti BBM, dijual Rp 4.500/liter menyamakan dengan harga premium. Padahal untuk bikin bio etanol 1 liter memerlukan dana sampai Rp 20 ribu. Jadi setiap bikin 1 liter bio etanol setiap pengrajin bakal rugi sekitar Rp 15.500. Itulah sebabnya sampai sekarang mereka tetap memilih jadi pengrajin arak ciu" kata Kadiwan.
Salah seorang pengrajin arak Ciu Desa Wlahar, Sikin, mengaku siap untuk beralih profesi dengan jenis pekerjaan yang lebih baik dan tidak dilarang pemerintah maupun agama. "Tetapi karena sampai sekarang belum ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan untuk bisa hidup sejahtera, jadinya ya tetap bikin arak ciu saja. Rata-rata pengrajin mampu menghasilkan 20 liter arak ciu/hari. Kalau untungnya dihitung Rp 2000/liter, maka penghasilan saya ya sebenarnya hanya Rp 40 ribu/hari. Memang penghasilannya tidak besar. Tetapi usaha lain nggak ada yang bisa menghasilkan Rp 40 ribu/hari. Jadinya ya tetap sebagai pengrajin arak ciu saja. Arak ciu biasa kami pasarkan ke Cilacap, Cirebon, Tegal, Purwokerto, bahkan sampai Jakarta," tandasnya.
>>>krjogja.com
"Pengrajin arak ciu di desa kami memang telah menjadi home industri secara alamiah. Sedikitnya ada 200 rumah yang punya usaha bikin produksi arak ciu. Pihak Pemkab Banyumas memang sudah amat sering menghimbau kepada mereka untuk beralih usaha. Tetapi usaha lain nggak ada yang bisa untuk layak hidup, jadinya ya tetap saja bikin arak ciu," kata YMT Kades Wlahar, Kadiwan, Jumat (19/04/2013).
Disebutkan, Pemkab Banyumas dipimpin Bupati Aris Setiyono meminta pengrajin arak ciu untuk berwiraswasta lain, seperti menjadi petani buah, menjahit, atau menjadi pengrajin makanan khas Banyumasan Cimplung dan lainnya. Tetapi setelah dicoba dengan usaha lain tersebut, hasilnya tidak memadai, bahkan banyak yang tekor atau merugi. Akibatnya mereka kembali hidup sebagai pengrajin arak ciu.
"Kemudian ketika Banyumas dipimpin Bupati Mardjoko kemarin, warga kami dialihfungsikan dengan usaha bio etanol untuk menggantikan bikin arak ciu. Para pengrajin pun menuruti keinginan bupati. Tetapi setelah dicoba hidup dengan bikin bio etanol, hasinya tak maksimal. Untuk harga arak ciu 1 liter pengrajin menjualnya Rp 16 ribu. Biaya produksi 1 liter arak ciu sekitar Rp 14 ribu. Jadi ada keuntungan Rp 2 ribu/liter. Sedang ketika dicoba memproduksi bio etanol untuk pengganti BBM, dijual Rp 4.500/liter menyamakan dengan harga premium. Padahal untuk bikin bio etanol 1 liter memerlukan dana sampai Rp 20 ribu. Jadi setiap bikin 1 liter bio etanol setiap pengrajin bakal rugi sekitar Rp 15.500. Itulah sebabnya sampai sekarang mereka tetap memilih jadi pengrajin arak ciu" kata Kadiwan.
Salah seorang pengrajin arak Ciu Desa Wlahar, Sikin, mengaku siap untuk beralih profesi dengan jenis pekerjaan yang lebih baik dan tidak dilarang pemerintah maupun agama. "Tetapi karena sampai sekarang belum ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan untuk bisa hidup sejahtera, jadinya ya tetap bikin arak ciu saja. Rata-rata pengrajin mampu menghasilkan 20 liter arak ciu/hari. Kalau untungnya dihitung Rp 2000/liter, maka penghasilan saya ya sebenarnya hanya Rp 40 ribu/hari. Memang penghasilannya tidak besar. Tetapi usaha lain nggak ada yang bisa menghasilkan Rp 40 ribu/hari. Jadinya ya tetap sebagai pengrajin arak ciu saja. Arak ciu biasa kami pasarkan ke Cilacap, Cirebon, Tegal, Purwokerto, bahkan sampai Jakarta," tandasnya.
>>>krjogja.com
Similar topics
» Penambang Pasir Serayu Diharapkan Alih Profesi
» PT KA Ganti Sistem Pemesanan Tiket
» Salut, Kinerja Pejabat KBRI di Afrika Selatan sangat Memuaskan
» Premium Eceran di Banyumas 'Ganti Harga'
» Sebagian Warga Enggan Mengungsi
» PT KA Ganti Sistem Pemesanan Tiket
» Salut, Kinerja Pejabat KBRI di Afrika Selatan sangat Memuaskan
» Premium Eceran di Banyumas 'Ganti Harga'
» Sebagian Warga Enggan Mengungsi
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik