Penambangan Pasir Cindaga dan Rawalo Dihentikan
Halaman 1 dari 1
Penambangan Pasir Cindaga dan Rawalo Dihentikan
*Ratusan Pekerja Menganggur
BANYUMAS (Suara Merdeka) - Penambangan pasir yang berada di sekitar Jembatan Soekarno, tepatnya di Desa/Kecamatan Rawalo dan Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen, akhirnya dihentikan. Penghentian tersebut dilakukan untuk menjaga aset nasional yang ada di wilayah tersebut.
Penutupan penambangan tersebut juga dipicu peristiwa ambruknya Jembatan Soekarno yang terjadi minggu lalu. Kabid Pertambangan Umum Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir Junaidi MT, mengemukakan sebenarnya keputusan tersebut sudah diberlakukan beberapa waktu lalu. Tidak disebutkan penghentian sampai kapan.
"Penutupan sudah dilakukan beberapa hari lalu dengan memanggil semua pemilik depo pasir di wilayah tersebut," tegasnya.
Keputusan tersebut membuat beberapa depo penambangan pasir yang mengantongi perizinan dari Pemkab Banyumas kebingungan. Mereka mengaku, dengan kebijakan tersebut menyebabkan puluhan penambang dan pekerja yang menggantungkan hidup dari penambangan menjadi pengangguran.
Dirumahkan
Pemilik depo pasir di Cindaga, Sudarno, mengaku saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, puluhan pekerja di depo miliknya terpaksa dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Saya bingung kalau kondisinya sepeti ini, padahal sudah mengikuti aturan perda yang ada. Termasuk selaku pengusaha sudah punya izin. Tetapi, dengan ambruknya jembatan imbasnya ikut menanggung," paparnya.
Usaha yang dirintisnya tersebut, diakui bukan untuk pribadi. Dia berdalih usaha tersebut dibuka untuk menyerap lapangan pekerjaan baru di lingkungan masyarakat. Dari pengamatannya, pekerja di pertambangan 60-an orang.
"Jika dihitung dengan kuli angkut dan sopir bisa dipastikan lebih dari 300 orang yang bekerja di depo saya. Kalau ditutup seperti saat ini, saya bingung mau bilang apa kepada mereka dan harus melaporkan kemana?"
Senada dengan Sudarno, pengelola depo pasir di Desa Rawalo, Agus Subroto, pun tak bisa berbuat banyak.
Dia mengaku keberatan dengan penghentian tersebut, karena selama ini menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut.
Beberapa waktu lalu, Kabid Air Baku dan Sungai Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Aryono Poerwanto mengatakan seharusnya aktivitas penambangan mulai dari Bendung Gerak Serayu (BGS) hingga Jembatan Soekarno tidak boleh ada.
"Karena di daerah tersebut banyak aset nasional yang harus dipelihara," paparnya.(K10-17)
BANYUMAS (Suara Merdeka) - Penambangan pasir yang berada di sekitar Jembatan Soekarno, tepatnya di Desa/Kecamatan Rawalo dan Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen, akhirnya dihentikan. Penghentian tersebut dilakukan untuk menjaga aset nasional yang ada di wilayah tersebut.
Penutupan penambangan tersebut juga dipicu peristiwa ambruknya Jembatan Soekarno yang terjadi minggu lalu. Kabid Pertambangan Umum Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir Junaidi MT, mengemukakan sebenarnya keputusan tersebut sudah diberlakukan beberapa waktu lalu. Tidak disebutkan penghentian sampai kapan.
"Penutupan sudah dilakukan beberapa hari lalu dengan memanggil semua pemilik depo pasir di wilayah tersebut," tegasnya.
Keputusan tersebut membuat beberapa depo penambangan pasir yang mengantongi perizinan dari Pemkab Banyumas kebingungan. Mereka mengaku, dengan kebijakan tersebut menyebabkan puluhan penambang dan pekerja yang menggantungkan hidup dari penambangan menjadi pengangguran.
Dirumahkan
Pemilik depo pasir di Cindaga, Sudarno, mengaku saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, puluhan pekerja di depo miliknya terpaksa dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Saya bingung kalau kondisinya sepeti ini, padahal sudah mengikuti aturan perda yang ada. Termasuk selaku pengusaha sudah punya izin. Tetapi, dengan ambruknya jembatan imbasnya ikut menanggung," paparnya.
Usaha yang dirintisnya tersebut, diakui bukan untuk pribadi. Dia berdalih usaha tersebut dibuka untuk menyerap lapangan pekerjaan baru di lingkungan masyarakat. Dari pengamatannya, pekerja di pertambangan 60-an orang.
"Jika dihitung dengan kuli angkut dan sopir bisa dipastikan lebih dari 300 orang yang bekerja di depo saya. Kalau ditutup seperti saat ini, saya bingung mau bilang apa kepada mereka dan harus melaporkan kemana?"
Senada dengan Sudarno, pengelola depo pasir di Desa Rawalo, Agus Subroto, pun tak bisa berbuat banyak.
Dia mengaku keberatan dengan penghentian tersebut, karena selama ini menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut.
Beberapa waktu lalu, Kabid Air Baku dan Sungai Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Aryono Poerwanto mengatakan seharusnya aktivitas penambangan mulai dari Bendung Gerak Serayu (BGS) hingga Jembatan Soekarno tidak boleh ada.
"Karena di daerah tersebut banyak aset nasional yang harus dipelihara," paparnya.(K10-17)
Similar topics
» Penambangan Pasir Besi di Tanah TNI Dihentikan
» Penambangan Galian C Dihentikan Paksa
» Penambangan Pasir di Serayu Segera Ditutup
» Ekspor Pasir Besi Dihentikan Total
» 281 Warga Cindaga Surati Bupati
» Penambangan Galian C Dihentikan Paksa
» Penambangan Pasir di Serayu Segera Ditutup
» Ekspor Pasir Besi Dihentikan Total
» 281 Warga Cindaga Surati Bupati
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|